BERBANTUAN KARTU KLAUSA
SEBAGAI
OPTIMALISASI PEMBELAJARAN KALIMAT MAJEMUK
SISWA
KELAS XII IPA 5 SMA NEGERI 11 SURABAYA
TAHUN
PELAJARAN 2013 – 2014
Dra. IMRO’ATUL MUFIDAH, M.Pd
Guru Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Negeri 11
Surabaya
viemufidah@gmail.com
Abstrak: Rendahnya
minat belajar siswa kelas XII IPA 5 SMA Negeri 11 Surabaya pada pembelajaran
kalimat majemuk dikarenakan konsep penguasaan kalimat majemuk belum dikuasai
siswa secara benar. Siswa kurang antusias dalam menerima pelajaran sehingga
hasil belajar tidak sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu, guru
berupaya menerapkan metode pembelajaran kalimat majemuk yang tepat, sehingga
tercipta siasana belajar yang menyenangkan, menantang, dan hasil belajar
optimal. Penerapan metode pembelajaran kooperatif Think Pair Share dan kartu klausa sebagai media pembelajaran
kalimat majemuk bertujuan menciptakan kondisi belajar yang diharapkan. Melalui
kegiatan kerja kelompok merangkai
beberapa kartu klausa dengan kata penghubung yang tepat, siswa akan mendapatkan
pengalaman secara langsung dalam menciptakan kalimat majemuk, Dengan demikian
siswa akan dapat menguasai konsep kalimat majemuk dengan benar.
Kata kunci : kalimat
majemuk, metode kooperatif ,Think Pair Share,
dan media kartu klausa
PENDAHULUAN
Mata pelajaran bahasa
Indonesia ditingkat SMA atau sederajat memiliki ruang lingkup yang terbatasi
oleh komponen berbahasa dan komponen bersastra. Menurut Tarigan (1994:2) keterampilan berbahasa yang
digunakan dalam kurikulum sekolah
meliputi empat segi yaitu: a) keterampilan menyimak (listening skill), b) keterampilan berbicara (speaking skill), c) keterampilan membaca (reading skill), dan d) keterampilan
menulis (writing skill). Keempat ketrampilan di atas memiliki hubungan yang
sangat erat dan pada dasarnya merupakan satu kesatuan yang harus dikuasai siswa.
Keterampilan menulis
merupakan wujud kemahiran berbahasa yang bermanfaat bagi siswa. Dengan menulis
siswa dapat menuangkan segala keinginan hati, perasaan keadaan hati disaat
susah dan senang, sindiran, kritikan dan lainnya. Akhaidah (1994: 2-3) menyatakan bahwa
aktivitas menulis yang dimaksud adalah aktivitas untuk mengeksprseikan ide,
gagasan, pikiran atau perasaan ke dalam lambang-lambang kebahasaan.
Pembelajaran menulis
untuk siswa SMA, difokuskan agar siswa mampu mengekspresikan berbagai pikiran,
gagasan, pendapat dan perasaan dalam menyusun karangan, menulis surat pribadi,
meringkas buku bacaan, membuat poster, dan menulis catatan dalam buku harian,
serta menulis cerpen. Kegiatan menulis
dapat diterapkan dalam berbagai hal, satu di antaranya ialah menulis kalimat
majemuk. Kalimat majemuk adalah suatu bentuk kalimat luas hasil penggabungan
dua klausa atau lebih (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002:494).
Dalam dunia
pendidikan, ketrampilan menulis kurang mendapat perhatian bahkan sering menjadi
keluhan siswa, sebagai pembelajaran yang membosankan. Siswa kurang tertarik terhadap keterampilan
menulis. Terlebih dalam pembelajaran menulis kalimat majemuk. Dalam
pembelajaran menulis kalimat majemuk, guru lebih sering mendominasi pengajaran
dengan cara menjelaskan materi pelajaran dan menyuruh siswa mengerjakan
soal-soal yang ada dalam buku pelajaran siswa. Guru kurang memperhatikan
komponen-komponen yang menunjang keberhasilan siswa belajar, sehingga pembelajaran
terkesan tidak menantang, siswa terlihat pasif, dan berdampak pada hasil
belajar siawa kurang memuaskan.
Untuk itu proses
pembelajaran perlu diselaraskan agar suasana belajar menyenangkan sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai serta dapat diperoleh hasil belajar seoptimal mungkin
Salah satu solusinya adalah penggunaan metode yang tepat, yaitu metode yang
mampu membuat seluruh siswa terlibat dalam suasana pembelajaran. Satu di antara
metode itu adalah metode pembelajaran Kooperatif dengan teknik
Think–Pair–Share (TPS).
Pembelajaran
kooperatif Think-Pair-Share terdiri atas tiga tahap kegiatan siswa yang meliputi
tahap berfikir (Think), tahap siswa berkelompok (pair) dengan
teman sebangkunya dan mendiskusikan jawaban. Dan berikutnya adalah tahap berbagi
(share). Selain itu, alaternatif yang dapat dilakukan guru untuk
merangsang minat siswa dalam belajar menulis kalimat majemuk adalah dengan memperhatikan komponen-komponen yang
berpengaruh terhadap hasil pembelajaran. Menurut Sanjaya (2010:204) komponen-komponen pembelajaran meliputi
unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang
saling berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan. Unsur-unsur manusiawi dalam
kegiatan belajar mengajar meliputi guru dan siswa. Sehingga dalam kegiatan
belajar mengajar, guru lebih mempertimbangkan
keberadaan siswa sebagai pembelajar. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
menemukan dan menciptakan gabungan kalimat. Serta menganalisis jenis kalimat
gabung dan struktur gramatikal kalimat. Dengan demikian alur proses belajar
tidak hanya berasal dari guru menuju siswa. Akan tetapi siswa bisa saling
mengajar dengan sesama siswa lainnnya atau yang dikenal dengan peer teaching.
Dalam hal ini, guru berperan
sebagai perencana (planer) atau desainer pembelajaran, sebagai implementator
atau keduanya. Sebagai perencana, guru dituntut untuk memahami secara benar
kurikulum yang berlaku, karakteristik siswa, fasilitas, dan sumber daya yang
ada. Sebagai implementator, guru bukan hanya sebagai model atau teladan bagi
siswa tetapi juga sebagai pengelola pembelajaran. Oleh karena itu, peran guru
adalah menciptakan suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan sehingga
siswa terhindar dari kebosanan dan dapat meningkatkan minat siswa dalam pembelajaran
menulis kalimat majemuk.
Upaya mendukung
keberhasilan pembelajaran menulis kalimat majemuk, perlu ditunjang sarana dan
prasarana yang sesuai dengan pokok bahasan. Salah satu upaya yang dapat
dilakukan guru adalah penyediaan media pembelajaran yang mendukung ketercapaian
hasil belajar siswa. Penggunaan media pembelajaran ditujukan agar siswa dapat
terlibat secara aktif dan kreatif dalam menggabungkan dan menciptakan kalimat
majemuk.
Penggunaan media pembelajaran yang tepat, mampu mendorong
terjadinya perubahan peranan guru dalam mengelola proses pembelajaran. Guru
yang pada awalnya bertindak sebagai sumber belajar, berubah peran sebagai
fasilitator dalam pembelajaran. Sebagai fasilitator, guru berkewajiban menyediakan
sarana dan prasarana yang menunjang keberhasilan belajar siswa. Dengan
mempergunakan media pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran akan
membuat siswa termotivasi dalam belajar. Berdasarkan latar belakang tersebut,
penulis termotivasi melaksanakan penelitian yang berjudul “Penerapan Kooperatif
Model Think Pair Share Berbantuan Kartu Klausa sebagai Optimalisasi Pelajaran Kalimat
Majemuk Siswa Kelas XII IPA 5 SMAN 11 Surabaya Tahun Pembelajaran 2013-2014”.
Menulis
Secara
harafiah kegiatan menulis dapat diartikan sebagai kegiatan yang menggambarkan
bahasa dengan lambang-lambang yang dapat dipahami. Hal tersebut sesuai dengan
pendapat Tarigan dalam Muchlisoh, dkk (1999: 233) yang mengatakan bahwa menulis
ialah kegiatan menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan
suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca
lambang-lambang grafik tersebut.
Berdasarkan sifatnya kegiatan
menulis merupakan cara berkomunikasi secara tidak langsung, dalam arti kegiatan
berkomunikasi dengan tidak bertatap muka. Selain itu menulis juga merupakan
kegiatan yang produktif dan ekspresif. Menulis dapat diartikan menurunkan atau
melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami
seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut
jika mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu (Tarigan, 1994: 21).
Kemampuan
menulis merupakan kemampuan berbahasa yang bersifat produktif, artinya
kemampuan menulis merupakan kemampuan
yang menghasilkan. Menulis sangat bermanfaat bagi kehidupan terutama sebagai
alat berkomunikasi. Selain kegiatan menulis juga dapat melatih seseorang
menjadi lebih disiplin dalam berbahasa dan menjadi lebih kreatif. Penulis yang
baik harus dapat mengungkapkan dengan jelas tujuan yang ditulisnya sehingga
penyampaian pesan kepada pembaca tercapai. Berkaitan dengan hal itu penulis
dituntut untuk memusatkan perhatiannya pada hal yang akan ditulisnya sehingga
menghasilkan tulisan yang baik.
Dalam kehidupan sehari-hari
menulis mempunyai fungsi sebagai berikut: 1) sebagai alat komunikasi yang tidak
langsung, 2) bagi pendidik, fungsi menulis adalah mempermudah pelajar berfikir,
3) dapat menolong berfikir kritis, 4) dapat memindah, merasakan, menikmati,
menghubungkan, memperdalam daya tanggap atau persepsi memecahkan masalah dan
membantu menjelaskan pikiran-pikiran (Tarigan, 1986: 22).
Kalimat
Kusno (1990:104) berpendapat
bahwa kalimat adalah suatu bentuk ujar
(tuturan) yang terdiri atas dua kata atau lebih, yang mengandung suatu
makna yang lengkap dan diapit oleh kesenyapan awal dan kesenyapan akhir.
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa kalimat merupakan bagian terkecil dari
ujaran yang mempunyai makna lengkap dan diapit oleh kesenyapan awal dan akhir.
Dalam wujud tulisan (karangan), kesenyapan awal dan kesenyapan akhir suatu
kalimat ditandai dengan pemakaian huruf kapital dan penggunaan intonasi akhir.
Sebagaimana pendpat Kusno di atas kalimat dalam wujud tulisan juga harus
mempunyai makna yang lengkap (utuh) sehingga gagasan yang diungkapkan dapat
diterima pembaca dengan sempurna.
Berdasarkan unsur pembentuknya
kalimat dibedakan jadi dua jenis, yaitu kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Kalimat
tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri atas dua unsur inti dan boleh
diperluas dengan satu atau lebih unsur tambahan, asal unsur-unsur tambahan itu
tidak boleh membentuk pola yang baru (Keraf, 1980:151). Contoh kalimat tunggal:
Guru
sedang memeeragakan cara
membaca puisi yang benar.
S P O
Y.S
Badudu berpendapat, bahwa kalimat tunggal dalam bahasa Indonesia, memiliki pola
dasar kalimat, di antaranya adalah:
(1) Pola dasar S-P,
contoh: Adik cantik.
S P
(2) Pola dasar S-P-O,
contoh: Ibu membaca buku
S P O
(3) Pola dasar S – P –
K, contoh: Kakekku sakit sebulan.
S P K
(4) Pola dasar S – P –
Pel, contoh: Negara RI berlandaskan pancasila.
S P Pel
(5) Pola dasar S – P –
O - K, contoh: Ibu mengirimkan uang untuk kakak
S P O K
(6) Pola dasar S – P –
O – Pel, contoh: Mereka menganggap
saya pengajar
S P O Pel
(7) Pola dasar S – P –
O – Pel- K, contoh: Ibu mengirimi kakak uang bulan
lalu
S P O
Pel K
(8) Pola dasar S – P –
O – K - Pel, contoh: Penyelesaiannya makan waktu setahun
S P Pel K
(1997: 32)
Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah
kalimat yang terdiri dari gabungan beberapa klausa (Kridalaksana : 1982).
Kalimat yang berasal dari gabungan beberapa klausa yang dirangkai menjadi satu
dan diberikan konjungsi disebut sebagai kalimat majemuk. Karena kalimat majemuk
berasal dari gabungan beberapa klausa, maka kalimat majemuk membentuk suatu
pola. Hal ini senada dengan pendapat yang disampaikan oleh Keraf (1980:166) yang
mengatakan bahwa kalimat majemuk adalah kalimat
yang mengandung dua pola kalimat atau lebih.
Dalam bahasa Indonesia,
kalimat majemuk sering digunakan bersamaan dengan penggunaan kalimat tunggal
atau kalimat monoklausa. Penggunaan kalimat majemuk dalam bahasa Indonesia
digunakan untuk memperjelas hubungan antarbagian klausa dengan bagian klausa
yang lainnya.
Berkenaan dengan sifat
hubungan klausa-klausa di dalam kalimat majemuk, maka dalam hal ini kalimat majemuk
dapat dibedakan dalam tiga macam, yaitu : kalimat majemuk setara,
kalimat majemuk bertingkat dan kalimat majemuk campuran.
Kalimat Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara adalah Kalimat gabung yang hubungan
antarpola-pola kalimat di dalamnya sederajat atau seharkat. Dikatakan sederajat
karena hubungan antara kalusa satu dengan yang lainnya tidak saling bergantung.
Jenis
kalimat majemuk setara antara lain: 1) Kalimat majemuk setara sejalan
(penambahan / penjumlahan) Contoh: Ibu
menyapu lantai, Vivi mengelap perabotan, dan Ayah mencuci mobil di garasi.
Kalimat tersebut terdiri dari tiga klausa yaitu (a) /ibu menyapu lantai/ yang
berpola S-P-O; (b) /Vivi mengelap perabotan/ yang berpola S-P-O; dan (c) /Ayah
mencuci mobil di garasi/ dengan pola SPOK. Konjungsi yang dipakai adalah [dan].
Jenis kalimat majemuk di atas adalah kalimat majemuk setara hubungan
penjumlahan. Yang dimaksud dengan hubungan
penjumlahan adalah hubungan yang menyatakan penjumlahan atau gabungan kegiatan,
keadaan, peristiwa, atau proses. Hubungan tersebut ditandai oleh coordinator
dan, serta, atau baik … maupun. Jika diperhatikan konteksnya, hubungan
penjumlahan dapat menyatakan 1) sebab-akibat, 2) urutan waktu, 3) pertentangan,
4) perluasan (Alwi, dkk, 2003:400). b)
Kalimat majemuk setara memilih (pemilihan) Contoh: Kita akan melanjutkan
perjalanan, atau kita beristirahat, c) Kalimat majemuk setara perlawanan, Yang dimaksud dengan
hubungan perlawanan adalah hubungan yang menyatakan bahwa yang dinyatakan dalam
klausa pertma berlawanan atau tidak sama dengan yang dikatakan dalam klausa
kedua. Hubungan itu ditandai dengan coordinator tetapi dan melainkan.
Hubungan perlawanan dibedakan atas
hubungan yang menyatakan 1) penguatan, 2) implikasi, 3) perluasan (Alwi dkk,
2003:401). Contoh :
Amir tidak pergi ke stasiun tetapi ke terminal. d)
Kalimat majemuk setara sebab akibat, Contoh : Roy Martien ditahan,
karena ia telah membawa sabu-sabu.
Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat ialah kalimat yang terjadi atas beberapa kalimat
tunggal yang kedudukannya tidak setara/ sederajat, yakni yang satu menjadi
bagian yang lain (Chaer, 1994 : 244). Klausa yang satu merupakan induk kalimat,
dan klausa yang lain merupakan anak kalimat. Kedua klausa itu biasanya
dihubungkan dengan konjungsi subordinatif, seperti kalau, ketika, meskipun,
supaya, jika, sehingga, dan karena. Kalimat majemuk bertingkat
sesungguhnya berasal dari sebuah kalimat tunggal. Bagian dari kalimat tunggal
tersebut kemudian diganti atau diubah sehingga menjadi sebuah kalimat baru yang
dapat berdiri sendiri. Bagian kalimat majemuk bertingkat yang berasal dari
bagian kalimat tunggal yang tidak mengalami pergantian / perubahan dinamakan
induk kalimat, sedang bagian kalimat majemuk yang berasal dari bagian kalimat
tunggal yang sudah mengalami penggantian/ peubahan dinamakan anak kalimat. Contoh: “Kakak datang
kemarin”. Kalimat tunggal tersebut mempunyai keterangan waktu: kemarin. Jika
kata kemarin diganti / diubah menjadi
kalimat yang dapat berdiri sendiri, misalnya: ketika kami sedang makan, maka
kalimat tunggal tersebut berubah menjadi kalimat majemuk
bertingkat sebagai berikut: “Kakak datang, ketika kami sedang makan”. Klausa
kakak datang (yang tidak pernah mengalami perubahan / pergantian)
dinamai induk kalimat, sedangkan klausa: ketika kami sedang makan (yang
mengubah/ mengganti kata kemarin) dinamai anak kalimat.
Media Pembelajaran
Media adalah segala sesuatu yang
dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga
dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa
sedemikian rupa sehingga proses belajar mengajar terjadi dengan baik sesuai
rencana. “Peran media dalam proses komunikasi adalah sebagai alat pengirim
(transfer) yang mentransmisikan pesan dari pengirim (sender) kepada penerima
pesan atau informasi (receiver)”, Kemp dan Dayton (1985:3). Berdasarkan
pendapat di atas, pengertian media mengarah pada sesuatu yang
mengantar/meneruskan informasi (pesan) atau sumber (pemberi pesan) dan penerima
pesan.
Pemilihan media yang sesuai
dengan karakteristik siswa akan lebih membantu keberhasilan pengajar dalam
pembelajaran. Secara rinci fungsi media memungkinkan siswa menyaksikan objek
yang ada tetapi sulit untuk dilihat dengan kasat mata melalui perantaraan
gambar, potret, slide, dan sejenisnya mengakibatkan siswa memperoleh gambaran
yang nyata (Degeng, 1999:19). Ada empat fungsi media diantaranya (1)
Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis, (2) Mengatasi keterbatasan
ruang, waktu dan daya indera, (3) Mengatasi sikap pasif siswa menjadi lebih
bergairah, (4) Mengkondisikan munculnya persamaan persepsi dan pengalaman.
Jerold Kemp (1986) dalam Pribadi
(2004: 1.4) mengemukakan beberapa factor yang merupakan karakteristik dari
media, antara lain (1) Kemampuan dalam menyajikan gambar (presentation), (2)
Faktor ukuran (size); besar atau kecil, (3) Faktor warna (color); hitam putih
atau berwarna, (4) Faktor gerak; diam atau bergerak, (5) Faktor bahasa:
tertulis atau lisan, (6) Faktor keterkaitan antara gambar dan suara, gambar saja,
suara saja, atau gabungan antara gambar dan suara.
Selain itu Jerold Kemp dan Diane
K. Dayton (dalam Pribadi, 2004:1.5) mengemukakan klasifikasi jenis media sebagai berikut (1) media cetak, (2) media
yang dipamerkan (displayed media), (3)
overhead transparency, (4) rekaman
suara, (5) slide suara dan film strip, (6) presentasi multi gambar,
(7) video dan film, (8) pembelajaran berbasis computer (computer based learning)
Ada beberapa fungsi media dilihat
dari segi perkembangan media, di antaranya: sebagai alat bantu mengajar,
memberikan pengalaman konkret pada siswa, alat penyalur pesan atau informasi
belajar, bagian integral pembelajaran, mengurangi rasa pasif pada anak didik
(Sadiman, 2008:17-18).
Menurut Arsyad (2005:25)
merincikan fungsi media yaitu 1)
meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berfikir, karena penggunaan media
pembelajaran dapat mengurangi verbalisme siswa, 2) memperbesar perhatian siswa
pada materi pelajaran, 3) meletakkan dasar-dasar yang penting untuk
perkembangan belajar, 4) memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan
kegiatan berusaha sendiri di kalangan siswa.
Media yang digunakan guru dalam
pembelajaran kalimat majemuk dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif
teknik Think Pair Share adala kartu klausa. Kartu klausa adalah kartu permainan
yang dibuat oleh guru dengan tujuan dapat merangsang siswa untuk aktif merangkai
dan menciptakan kalimat gabung atau yang
dikenal sebagai kalimat majemuk. Kartu klausa berukuran 9cm X 6.5cm.
Masing-masing kartu klausa bertuliskan klausa (gabungan kata). Siswa dapat
menggabung-gabungkan kartu klausa menjadi kalimat tunggal atau kalimat majemuk.
Pembelajaran
Kooperatif
Pembelajaran kooperatif
adalah Model
pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkonstruksi
konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri (Suyatno, 2009: 51). Model
pembelajaran kooperatif merupakan pendekatan pembelajaran yang berfokus pada
pemanfaatan kelompok-kelompok kecil siswa untuk dapat bekerja sama dalam
memaksimalkan mencapai tujuan belajar.
Tujuan pembelajaaran kooperatif adalah meningkatkan
partisipasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Guru memfasilitasi siswa
pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta
memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar
bersama-sama dengan siswa yang memiliki perbedaan latar belakang. Sehingga
dalam pembelajaraan kooperatif siswa berperan ganda yaitu sebagai siswa ataupun
sebagai guru. Dengan bekerja secara kalaboratif, diharapkan siswa dapat mencapai
tujuan bersama yaitu memahami konsep pembelajaran. Rogger dan
David Johnson (dalam Lie, 2007:31) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok
bisa dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang
maksimal, lima unsur model pembelajaran gotong royong yang harus diterapkan
diantaranya adalah: a) saling ketergantungan positif; b). tanggung jawab
perseorangan; c). tatap muka; d). komunikasi antar anggota; dan e). evaluasi
proses kelompok.
Think
- Pair - Share
Think
Pair Share adalah
suatu teknik pembelajaran kooperatif yang memberi siswa waktu untuk berfikir
dan merespon serta saling bantu satu sama lain. Metode ini memperkenalkan ide
“waktu berfikir atau waktu tunggu” yang menjadi faktor kuat dalam meningkatkan
kemampuan siswa dalam merespon pertanyaan. Pembelajaran Kooperatif model Think-Pair-Share
ini relatif lebih sederhana dan tidak menyita waktu lama hanya untuk
mangatur tempat duduk ataupun mengelompokkan siswa. Dalam pembelajaran Think-Pair-Share
tiap kelompok hanya berisi 2 sampai 3 siswa saja.
Model pembelajaran Think Pair Share (TPS) adalah strategi
diskusi kooperatif yang dikembangkan oleh Frank
Lyman dan kawan-kawannya dari Universitas Maryland pada tahun 1981. Model
pembelajaran Think Pair Share memiliki prosedur yang secara eksplisit memberi siswa waktu untuk berpikir, menjawab,
saling membantu satu sama lain. Dengan demikian diharapkan siswa mampu bekerja
sama, saling membutuhkan, dan saling bergantung pada kelompok kecil secara
kooperatif.
Tahapan-Tahapan
Pelaksanaan Think Pair Share
Susilo,
menyebutkan tahapan demi tahapan yang dilakukan pada pelaksanaan Think Pair
Share, antara lain: Tahap satu, think (berpikir). Pada tahap ini
guru memberikan pertanyaan yang terkait dengan materi pelajaran kepada seluruh
siswa. Pertanyaan guru berupa pertanyaan terbuka yang memungkinkan dijawab
dengan berbagai macam jawaban. Tahap dua, pair (berpasangan). Pada tahap
ini siswa berpikir secara individu. Guru meminta kepada siswa untuk berpasangan
dengan teman sebangkunya dan mulai memikirkan pertanyaan atau masalah yang diberikan
guru tadi dalam waktu tertentu. Lamanya waktu ditetapkan oleh guru berdasarkan
pemahaman guru terhadap siswanya, sifat pertanyaanya, dan skedul pembelajaran.
Siswa disarankan untuk menulis jawaban atau pemecahan masalah hasil
pemikirannya.Tahap 3, share (berbagi). Pada tahap ini siswa secara
individu mewakili kelompok atau berdua maju bersama untuk melaporkan
hasil diskusinya ke seluruh kelas. Pada tahap terakhir ini siswa seluruh kelas
akan memperoleh keuntungan dalam bentuk mendengarkan berbagai ungkapan mengenai
konsep yang sama dinyatakan dengan cara yang berbeda oleh individu yang
berbeda.
Penerapan Kooperatif Model Think Pair Share Berbantuan
Kartu Klausa dalam Pelajaran Kalimat Majemuk Siswa Kelas XII IPA 5 SMAN 11
Surabaya Tahun Pembelajaran 2013-2014
Penelitian ini
menggunakan rancangan penelitian deskriptif
kualitatif, karena dalam penelitian ini dihasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis dari hasil belajar siswa (Moleong, 2003: 3). Karena
penelitian ini berupa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) maka pelaksanaan dalam
penelitian ini akan dilakukan dalam siklus pembelajaran. Dalam tiap-tiap
siklusnya akan mengikuti tahap atau proses yang lazim dilalui, yaitu (1)
Perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3) Pengamatan, dan (4) Refleksi.
Kegiatan penelitian tindakan kelas dimulai
dari studi pendahuluan terhadap latar penelitian yang meliputi latar sekolah,
guru, siswa, dan pembelajaran kalimat majemuk. Kegiatan ini bertujuan untuk
memperoleh penyebab kegagalan pembelajaran menulis kalimat majemuk. Berdasarkan
temuan tersebut disusunlah rencana umum tindakan yang dituangkan dalam bentuk
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang menerapkan metode kooperatif dengan
model TPS (Think Pair Share) berbantuan
media kartu klausa pada
pembahasan kalimat majemuk.
Setelah itu peneliti melaksanakan
pembelajaran kalimat majemuk dengan menerapkan pembelajaran kooperatif dengan
metode TPS (Think-Pair-Share) dan
penggunaan media kartu klausa. Peneliti (guru) membagikan kartu klausa yang
telah dipersiapkan guru dari rumah. Setiap merangkai beberapa kartu klausa agar menjadi
kalimat majemuk. Siswa menuliskan hasil kerja mandiri dalam lembar kerja.
Kemudian siswa menganalisis unsur gramatikal kalimat majemuk hasil ciptaannya.
Setelah waktu yang ditentukan, guru
meminta siswa untuk mendiskusikan hasil kerja mandiri dengan kelompoknya. Siswa
berdiskusi dengan kelompoknya tentang ketepatan pilihan klausa pembentuk
kalimat majemuk, pemakaian kata gabung, struktur gramatikal kalimat, dan jenis
kalimat majemuk. Hasil diskusi kelompok dituliskan dalam lembar kerja kelompok.
Guru meminta perwakilan kelompok untuk
mempresentasikan hasil kerja di depan kelas. Kelompok yang lain memperhatikan
presentasi teman dan memberikan tanggapan yang berupa kritik atau saran dengan
menggunakan bahasa yang santun. Pada akhir pembelajaran, guru membantu siswa
menyimpulkan hasil kegiatan.
Kegiatan
refleksi dilaksanakan pada tiap akhir siklus. Kegiatan refleksi dilaksanakan
dengan cara: 1) Menganalisis tindakan yang telah dilaksakan, 2) Mendiskusikan
dan membahas kesesuaian tindakan dengan perencanaan yang telah dilaksanakan dan
temuan lain yang muncul selama kegiatan pelaksanaan tindakan berlangsung. 3)
Mendiskusikan dan mencari pemecahan masalah apabila terdapat kendala dan
masalah dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran.4) Membuat kesimpulan dari data
yang telah diperoleh. Hasil refleksi digunakan sebagai masukan untuk menentukan
perlu tidaknya tindakan pada siklus berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi,
Hasan,dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Ardiana,
Leo Indra dan Kisyani Laksana. 2004. Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional
Arikunto,
Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian :
Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta
Arsyad,
Azhar. 2005. Media Pembelajaran.
Jakarta: PT Raja Grafind Persada.
Chaer,
Abdul. 2005. Tata Bahasa Praktis Bahasa
Indonesia. Jakarta: Rineka.
Isjoni,
H. 2007. Cooperatif Learning. Bandung:
ALFABETA
Hasnun,
Anwar. 2006. Pedoman Menulis untuk Siswa
SMP dan SMA. Yogyakarta: Andi Offset
Indarti,
Titik. 2008. Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) dan Penulisan Karya Ilmiah. Surabaya : Unesa
University Press
Tarigan,
Henry Guntur. 1990. Menulis sebagai Suatu
Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Moleong,
Lexy. 2008. Metodologi Penelitian
Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Nurgiantoro,
Burhan. 1988. Penilaian dalam Pengajaran
Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE
Ramlan,
M. 2001. Sintaksis. Yogyakarta: Karyono.
Sa’dijah, Cholis. 2006. Penerapan
Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share TPS Malang: Lembaga
Penelitian
UM
Sadiman,
Arif. 2008. Media Pendidikan.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
0 comments:
Posting Komentar