KEKASIH TERHEBAT

https://www.youtube.com/watch?v=CuCzxDukoU4

Jumat, 31 Maret 2017

SANG GURU (Belajar Kalimat dari Pengalaman Langsung)

                                                 SANG GURU
(Belajar Kalimat dari Pengalaman Langsung)

                                                  

Oleh
Dra. I. Mufidah, M.Pd

Hemmmmm.... harum..... teriak satu di antara temanku. Dapat dipastikan siapa yang berada di balik pintu kelas ku. Tak lama kemudian, pintu ruang kelas kimia 1 pun terbuka, masuklah seseorang yang kami tunggu-tunggu. Senyum ramah yang senantiasa menghiasi bibirnya, tatapan mata bersahabat, dan penampilan yang enak dipandang mata membuat kami nyaman belajar bersama beliau.
“Assalam mualaikum, apa kabar dunia”? sapanya dengan ramah, sambil melangkahkan kakinya ke dalam ruang kelas.  Serentak kami pun menjawab “Wailukum salam, Alhamdulillah, luar biasa... “. Itulah ciri khas Bu Diana, guru bahasa Indonesia kami yang selalu tampil dengan gayanya yang modis, ceria, bersahabat dan selalu ramah pada siapa pun.
Usai meletakkan buku-bunya di meja guru, beliau berdiri di tengah kelas. Matanya melihat sekeliling kelas, seakan menghitung jumlah siswa yang hadir. Kemudian beliau berkata, “Masuk semua ya Nak”? serempak kami pun menjawab, Ya Bu, nihil”. “Hebat kelas XII Mia 1 memang keren...,” lanjutnya tersenyum bangga dan sambil mengacungkan ibu jarinya pada kami. Wajah seisi ruang kelas berseri, menerima pujian Ibu Diana.
“Nak tahukah kalian, apa yang dimaksud dengan kalimat?” tanya ibu Diana kepada kami, tetap dengan nada suara yang ramah. “Gabungan beberapa kata,”  Ujar Ulum dengan percaya diri. Sejenak tatap mata Bu Diana mengarah pada Ulum yang duduk di bangku ke 4 deret 3. Pandang mata kami terarah pada Bu Diana. Wajah Bu Diana sangat berubah, ekspresi wajahnya tidak lagi ramah, senyumnya tidak lagi menghiasi bibirnya, bahkan ada gurutan ketegangan di wajahnya. Kami terdiam, tidak dapat menduga apa yang terjadi.
Dengan mimik yang serius dan suara tegas, Bu Diana berkata “Keluar”! Serentak seluruh siswa di dalam kelas terdiam, sepi, tidak satu pun siswa yang berani bersuara. Ulum berdiri ragu-ragu, terlihat kebingungan di wajahnya. Tatap mata Bu Diana tajam, tangannya menunjuk ke arah pintu. Dengan perasaan yang bercampur aduk, Ulum berjalan menuju pintu, tangannya memegang hendle pintu, akan tetapi tiba-tiba terdengar suara Bu Diana “Stop!” Tangan Ulum melepas handle pintu, tubuhnya berbalik ke arah kelas. Ulum berdiri di depan pintu.
Bu Diana berjalan mendekati meja Ana yang duduk di bangku pertama deret kedua. “Ana, nurut kamu apa yang dimaksud dengan kalimat”? tanya Bu Diana dengan suaranya yang kali ini terdengar sangat datar. “Kalimat adalah kelompok kata yang terdiri dari subjek, predikat, ojek, dan lain-lain,” jawab Ana dengan suara ragu-ragu. “Keluar”! seru Bu Diana sambil tangannya menunjuk ke arah pintu. Serentak wajah Ana terlihat merah, matanya pun memerah. Ana berdiri lemas, kakinya enggan melangkah. Ana berdiri di sebelah Ulum, wajahnya tertunduk sedih.
Wajah seluruh siswa menegang. Suasana kelas semakin sunyi. “Iwan tolong tuliskan di papan tulis, hal yang ibu katakan sehingga kedua temanmu berdiri di depan pintu,” perintah Bu Diana pada Iwan yang duduk di bangku paling belakang deret keempat. Iwan berdiri agak ragu, kakinya melangkah ke arah papan tulis. Tangannya mulai menulis.
“Keluar”!
“Stop”!
Iwan terdiam menunggu respon Bu Diana. Wajahnya tertunduk lesu. Jantungnya berdetak lebih kencang. Dalam hati, Iwan bersiap mendapat hukuman seperti yang dialami Ulum dan Ana.
“Bagus”!
“Bagus Iwan”, ujar Bu Diana dengan suara khasnya yang ramah, dan bibirnya tersenyum kembali. Iwan yang sedari tadi terlihat pasrah, wajahnya berubah ceriah. “Alhamdulillah ... seru Iwan ditengah kebahagiaannya. Tanpa dikomando lagi, suasana kelas mulai mencair. Wajah-wajah siswa tak lagi setegang tadi.
Bu Diana menengok ke arah Ulum dan Ana, dengan kalimatnya yang ramah, beliau berkata “Ulum, Ana, mengapa kamu tadi berdiri dari bangkumu kemudian berjalan ke arah pintu dan berhenti di depan pintu itu”? tanya Bu Diana dengan senyumnya yang menawan.
“Tadikan ibu menyuruh saya keluar,” kata Ulum masih sedikit tegang. “Tadi Ibu menyuruh Ulum Kaluar, begitu ya? Bagus... bagus Ulum”. Kata Bu Diana mengaskan kalimat Ulum. “Kalau kamu Ana, bagaimana?  Mengapa Ana tadi berdiri dari bangku kemudian berjalan ke arah pintu dan berhenti di depan pintu itu”? tanya Bu Diana dengan ramah. Wajah Ana yang sedari tadi tegang, semakin menegang. Ana tidak dapat menjawab pertanyaan Bu Diana, bibir bawahnya digigitnya seakan ia sedang mencari kekuatan diri agar tidak menangis. Semua mata siswa menatap ke arah Ana, seakan ingin memberikan dukungan pada Ana.
“Ana... , Ibu menunggu jawaban Ana,” ujar Bu Diana penuh kasih. “Tadi kan ibu menyuruh saya keluar, jadi ya saya berdiri dan berjalan ke luar,” jawab Ana terbata-bata. “Bagus Ana, bagus sekali,” ujar Bu Diana membenarkan jawaban Ana.
“Bagaimana pendapat kalian tentang jawaban Ulum dan Ana?“ tanya Bu Diana pada seluruh siswa. “Ya Bu, ketika Ulum dan Ana menjawab pertanyaan Ibu, Ibu menyuh Ulum dan Ana keluar,” Ujar Dedy dengan tegas yang dibenarkan oleh suara-suara teman sekelasnya.
“Baik, baik...,” ujar Bu Diana tetap dengan senyum khas nya. “Nak, menurut kalian Apa yang mengidentifikasi ibu menyuruh Ulum dan Ana keluar”? tanya Bu Diana kembali pada siswa seluruh kelas.
“Kalimat ibu yang mengatakan “keluar” pada Ulum dan Diana, itu kan berarti kalimat perintah yang menyuruh Ulum dan Diana untuk keluar,” Ujar Devinta menegaskan yang disambut dengan acungan kedua ibu jari Bu Diana. Terlihat wajah-wajah ceriah di kelas XII Kimia 1 mulai bermunculan.
“Kalimat ibu yang mengatakan “keluar”, benar begitu Devinta?” tanya Bu Diana pada Devinta yang dijawab dengan anggukan kepala yang penuh keyakinan. “Berarti menurut kalian “Keluar!” itu adalah kalimat?” benar gak ya?
Terlihat para siswa mulai kasak kusuk berdiskusi dengan teman sebangkunya. Suara kelas mulai hidup, agak bising dengan suara-suara siswa yang mempertahankan pendapatnya. Bu Diana tersenyum melihat keaktivan kelas. Bu Diana sengaja memberikan kesempatan pada siswa untuk berdiskusi.
Selang lima menit berlalu, Bu Diana bertanya kembali pada siswa-siswa, “Bagaimana Nak, menurut kalian “Keluar”! yang tadi ibu ucapkan apakah benar, itu sudah termasuk kalimat”?
“Ya Bu, itu sudah termasuk kalimat, kalimat perintah”. Jawab Nurdin yang dari tadi terlihat sangat aktif berdiskusi. 
“Benar juga sih Bu, itu adalah kalimat, tapi kok hanya satu kata ya Bu? Biasanya kalimat kan terdiri atas beberapa kata”? Ujar Delia, yang sedari tadi terlihat sangat serius.
“Menurut saya, “Keluar!” yang diucapkan Bu Diana tadi adalah kalimat, karena meski pun hanya terdiri atas satu kata, tetapi mampu membuat orang yang diperintah “Ulum dan Ana” berdiri dan mengikuti perintah itu”, ujar Maria berargumen.
“Baiklah anak-anak, untuk menjawab rasa ingin tahu kalian, mari permasalahan “Keluar”! kita jadikan sebagai bahan diskusi materi pelajaran kita hari ini. Hari ini kita akan membahas tentang kalimat. Setelah mempelajari materi kalimat diharapkan Anda dapat menambah pengetahuan Anda  tentang jenis-jenis kalimat dan unsur pembangun kalimat”, Ujar Bu Diana. “Namun sebelumnya, silahkan Ulum dan Ana kembali duduk dibangku kalian. Tugas kalian telah selesai”, lanjut Bu Diana diiringi dengan senyum ramah nya.
“Lho kok tugas Bu”, sela Ulum penuh kebingan. “Bukannya saya dan Ana dihukum karena salah menjawab’? protes Ulum dengan rasa ingin tahu.
“Ulum, Diana, benarkah hanya karena kalian menjawab dengan jawaban yang kurang tepat, ibu tega menghukum kalian”? tanya Bu Diana ramah, sambil menatap Ulum dan Ana. Di bibirnya tersungging senyum ramah khas Bu Diana. “Jika ibu menghukum siswa hanya karena siswa itu salah menjawab pertanyaan ibu, ibu yakin di setiap pembelajaran Bahasa Indonesia kelas ini akan sepi, seperti kuburan, karena kalian takut berpendapat. Benar tidak, Nak?”, kata Bu Diana ramah, memberi penjelasan pada kami.   
“Oooo... berarti tadi itu drama ya Bu?” celetuk Tigor dari belakang yang diikuti suara tawa seisi kelas. Terpancar wajah-wajah bahagia dari penjuru kelas.
“Ayo artis kita pagi ini, Ulum dan Ana silahkan kembali ke tempat duduk”! perintah Bu Diana ramah pada Ulum dan Ana, yang diikuti tepuk tangan gembira seluruh kelas. Wajah Ulum ceria, bibirnya tersenyum lega. Sebaliknya Ana, langsung berlari menubruk Bu Diana, tangannya erat memeluk Bu Diana. Dari matanya keluar air bening yang menetes di pipinya.
“Ana... tadi kan bercanda? Kenapa pakai menangis?  Ujar Bu Diana sambil memeluk Ana dan menenangkannya. Tangan kanannya membelai rambut Ana. Ana tersenyum, menganggukkan kepala. “Terima kasih ya Bu Diana, tetapi besok saya gak mau lagi jadi artis seperti ini”, ujar Ana sambil tersenyum yang disambut tawa teman-teman sekelas.
“Ok, Ana silahkan duduk, Anak-anak mari kita mulai mendiskusikan pembelajaran hari ini”, kata Bu Diana bernada serius. “Silahkan, barangkali ada pertanyaan atau pendapat kalian tentang pengalaman yang baru Anda dapatkan tadi”, kata Bu Diana membuka pelajaran. Terlihat beberapa siswa langsung mengacungkan tangannya. Wajah Bu Diana berseri, senang, karena terlihat siswa-siswanya sangat antusias dalam pembelajaran kali ini.
“Silahkan Pandu, ungkapkan pendapat Anda”! kata Bu Diana mempersilahkan Pandu yang terlihat sangat berantusias.
“Terima kasih Bu Diana”, ujar Pandu dengan tegas memulai kalimatnya. “Saya sangat setuju jika “Keluar!” yang tadi Ibu ucapkan kepada Ana dan Ulum, dikatagorikan sebagai kalimat. Buktinya meski pun hanya berasal dari satu kata “Keluar!” tetapi sudah memiliki makna menyuruh Ana dan Ulum keluar. “Jadi menurut saya, yang disebut kalimat itu adalah kata atau kumpulan kata yang memiliki makna”, tegas Pandu.
“Terima kasih Pandu, jawabanmu bagus sekali,” ujar Bu Diana memuji Pandu. “Bagaimana yang lainnya, setujukah kalian dengan jawaban Pandu? Atau ada yang ingin mengritik jawaban Pandu”, tanya Bu Diana.
Saya Bu, ujar Ditya sambil mengacunkan tangannya, “Menurut saya, selain memiliki makna, kalimat selalu diawali dengan penggunaan huruf kapital dan diakhiri intonasi final”. Beberapa siswa membenarkan jawaban Ditya.
“Nah kalau begitu apa yang dimaksud dengan kalimat”? ulang Bu Diana seakan menggiring siswa untuk menyimpulkan pendapatnya tentang kalimat. “Kalimat adalah   kesatuan ujaran yang mengungkapkan suatu konsep pikiran dan perasaan serta berintonasi final”. Sehingga ketika ibu mengatakan “Keluar”! disertai dengan intonasi yang bermakna memerintah maka Ulum dan Ana berdiri untuk keluar dari ruang kelas. Begitu juga ketika ibu mengatakan “Stop!” maka kedua teman kalian tadi tidak meneruskan perjalanannya. Itu artinya bahwa yang ibu ucapkan tadi, meskipun hanya terdiri atas satu kata namun sudah mampu mengungkapkan gagasan yang ada di pikiran ibu dan gagasan itu dapat dimengerti oleh teman kalian”, jelas Bu Diana yang disambut dengan senyum kebahagiaan seluruh kelas karena hari ini dapat belajar kalimat secara langsung.
“Keluar”!, “Stop!” yang ibu ucapkan tadi dikatagorikan sebagai kalimat elips. Kalimat elips adalah kalimat yang menghilangkan sebagian kata-kata dari suatu kalimat dengan tujuan agar kalimat tersebut lebih pendek dan susunannya lebih baik. Meskipun beberapa bagian kata dalam kalimat dihilangkan, akan tetapi tidak merubah makna kalimat tersebut. Sebagai contoh jika kalian ingin memanggil penjual bakso keliling, maka kalian tidak akan menggunakan kalimat lengkap seperti “Wahai Bapak penjual bakso, tolong datang kemari, saya akan membeli ... ,“ jelas Bu Diana memberi contoh yang disambut dengan tawa para siswa. “Pada saat kalian memanggil penjual bakso, pasti kalian hanya meneriakkan “Bakso”!, Ujar Bu Diana kembali. “Benar Bu, Benar”, sahut beberapa siswa masih dengan tertawa. “Nah kalimat itulah yang disebut dengan kalimat elips.
“Berdasarkan uraian ibu tadi, menurut kalian ciri-ciri kalimat itu apa”? tanya Bu Diana lebih lanjut. Serentak siswa menjawab ; berintonasi akhir, mengandung satu kesatuan makna, urutannya logis, jika kalimat itu dalam bentuk tulis, selalu diawali dengan huruf kapital”.
“Bagus benar sekali jawaban kalian”, ujar Bu Diana sambil mengacungkan kedua ibu jarinya pada seluruh siswa. “Alhamdulillah...”, teriak beberapa siawa lega. “Hari ini kami mendapat sesuatu yang baru ya Bu, belajar dari pengalaman”,  lanjutnya bersemangat.

Agar kalian lebih mendapatkan tambahan ilmu, maka perhatikan hal berikut:

1.             Pola Dasar Kalimat:
TIPE
SUBJEK
PREDIKAT
OBJEK
PELENGKAP
KETERANGAN
S-P
Ayahnya
guru



Gadis
cantik



S-P-O
Adik
sedang membaca
buku


Ibu
mengupas
mangga


S-P-Pel
Ibu
menjadi

ketua PKK

Pancasila
merupakan

dasar negara kita

S-P-K
Saya
tinggal


di surabaya
Peristiwa itu
terjadi


minggu lalu
S-P-O-Pel
Pria tampan itu
mengirimi
kekasihnya
bunga mawar

Devi
mengambilkan
adiknya
air minum

S-P-O-K
Ibu
menabungkan
uangnya

di bank
Beliau
memperlakukan
kami

dengan baik
S-P-O-Pel-K
Devi
mengambilkan
adiknya
air minum
dari  almari es

2.             Unsur-unsur Kalimat
  Subjek
   Subjek adalah unsur pokok yang terdapat pada sebuah kalimat di samping unsur predikat.
Fungsi subjek:
v  Membentuk kalimat dasar, kalimat luas, kalimat tunggal, kalimat majemuk
v  Memperjelas makna
v  Menjadi pokok pikiran
·                Ciri Subjek:
v   Jawaban atas pertanyaan apa dan siapa
v   Dapat diikuti kata "ini, itu".
v   Tidak di dahului preposisi
v   Berupa nomina atau frasa nomina
v   Dapat dingkari dengan kata bukan
·                Predikat adalah bagian kalimat yang menandai apa yang dikatakan oleh pembicara tentang subjek atau hal yang menjelaskan tentang subjek.
·                Ciri Predikat
v   Merupakan jawaban atas pertanyaan bagaimana, mengapa, atau berapa
v   Dapat diinginkarkan dengan tidak atau bukan
v   Dapat Disertai Kata-kata Aspek atau Modalitas
v   Tidak didahului kata yang
v   Didahului kata adalah, ialah, yaitu, yakni
·                Objek adalah unsur kalimat yang dikenai perbuatan atau menderita akibat perbuatan subjek
·                Ciri Objek
v   Langsung mengikuti predikat
v   Dapat menjadi subjek kalimat pasif
v   Tidak didahului kata depan atau preposisi
v   Dapat didahului kata bahwa
·                Pelengkap adalah unsur kalimat yang melengkapi predikat dan tidak dikenai perbuatan subjek.
·                Ciri Pelengkap
v   Terletak di belakang predikat yang bukan verba transitif
v   Tidak dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif
v   Tidak didahului preposisi
·         Keterangan merupakan unsur kalimat yang memberikan informasi lebih lanjut tentang suatu yang dinyatakan dalam kalimat; misalnya, memberi informasi tentang tempat, waktu, cara, sebab, dan tujuan. 
·         Ciri-ciri
v   Memberikan informasi tentang waktu, tempat, tujuan, cara, alat, kemiripan, sebab, atau kesalingan
v   Memiliki keleluasaan letak atau posisi (dapat di awal, akhir, atau menyisip antara subjek dan predikat)
v   Didahului kata depan seperti di, ke, dari, pada, dalam, dengan, atau kata penghubung/konjungsi jika berupa anak kalimat.





   

   

Rabu, 15 Maret 2017

PTK

PENERAPAN KOOPERATIF THINK PAIR SHARE
 BERBANTUAN KARTU KLAUSA
SEBAGAI OPTIMALISASI PEMBELAJARAN KALIMAT MAJEMUK 
SISWA KELAS XII IPA 5 SMA NEGERI 11 SURABAYA
TAHUN PELAJARAN 2013 – 2014


Dra. IMRO’ATUL MUFIDAH, M.Pd
Guru Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Negeri 11 Surabaya
viemufidah@gmail.com


Abstrak: Rendahnya minat belajar siswa kelas XII IPA 5 SMA Negeri 11 Surabaya pada pembelajaran kalimat majemuk dikarenakan konsep penguasaan kalimat majemuk belum dikuasai siswa secara benar. Siswa kurang antusias dalam menerima pelajaran sehingga hasil belajar tidak sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu, guru berupaya menerapkan metode pembelajaran kalimat majemuk yang tepat, sehingga tercipta siasana belajar yang menyenangkan, menantang, dan hasil belajar optimal. Penerapan metode pembelajaran kooperatif Think Pair Share dan kartu klausa sebagai media pembelajaran kalimat majemuk bertujuan menciptakan kondisi belajar yang diharapkan. Melalui kegiatan kerja kelompok  merangkai beberapa kartu klausa dengan kata penghubung yang tepat, siswa akan mendapatkan pengalaman secara langsung dalam menciptakan kalimat majemuk, Dengan demikian siswa akan dapat menguasai konsep kalimat majemuk dengan benar.
  
Kata kunci : kalimat majemuk, metode kooperatif ,Think Pair Share,  dan media kartu klausa


PENDAHULUAN

Mata pelajaran bahasa Indonesia ditingkat SMA atau sederajat memiliki ruang lingkup yang terbatasi oleh komponen berbahasa dan komponen bersastra. Menurut Tarigan     (1994:2) keterampilan berbahasa yang digunakan dalam kurikulum sekolah  meliputi empat segi yaitu: a) keterampilan menyimak (listening skill), b) keterampilan berbicara (speaking skill), c) keterampilan membaca (reading skill), dan d) keterampilan menulis (writing skill). Keempat ketrampilan di atas memiliki hubungan yang sangat erat dan pada dasarnya merupakan satu kesatuan yang harus dikuasai siswa.
Keterampilan menulis merupakan wujud kemahiran berbahasa yang bermanfaat bagi siswa. Dengan menulis siswa dapat menuangkan segala keinginan hati, perasaan keadaan hati disaat susah dan senang, sindiran, kritikan dan lainnya.  Akhaidah (1994: 2-3) menyatakan bahwa aktivitas menulis yang dimaksud adalah aktivitas untuk mengeksprseikan ide, gagasan, pikiran atau perasaan ke dalam lambang-lambang kebahasaan.
Pembelajaran menulis untuk siswa SMA, difokuskan agar siswa mampu mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat dan perasaan dalam menyusun karangan, menulis surat pribadi, meringkas buku bacaan, membuat poster, dan menulis catatan dalam buku harian, serta  menulis cerpen. Kegiatan menulis dapat diterapkan dalam berbagai hal, satu di antaranya ialah menulis kalimat majemuk. Kalimat majemuk adalah suatu bentuk kalimat luas hasil penggabungan dua klausa atau lebih (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002:494).
Dalam dunia pendidikan, ketrampilan menulis kurang mendapat perhatian bahkan sering menjadi keluhan siswa, sebagai pembelajaran yang membosankan.   Siswa kurang tertarik terhadap keterampilan menulis. Terlebih dalam pembelajaran menulis kalimat majemuk. Dalam pembelajaran menulis kalimat majemuk, guru lebih sering mendominasi pengajaran dengan cara menjelaskan materi pelajaran dan menyuruh siswa mengerjakan soal-soal yang ada dalam buku pelajaran siswa. Guru kurang memperhatikan komponen-komponen yang menunjang keberhasilan siswa belajar, sehingga pembelajaran terkesan tidak menantang, siswa terlihat pasif, dan berdampak pada hasil belajar siawa kurang memuaskan.
Untuk itu proses pembelajaran perlu diselaraskan agar suasana belajar menyenangkan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai serta dapat diperoleh hasil belajar seoptimal mungkin Salah satu solusinya adalah penggunaan metode yang tepat, yaitu metode yang mampu membuat seluruh siswa terlibat dalam suasana pembelajaran. Satu di antara metode itu adalah metode pembelajaran Kooperatif dengan teknik Think–Pair–Share (TPS).
Pembelajaran kooperatif Think-Pair-Share terdiri atas tiga tahap kegiatan siswa yang meliputi tahap berfikir (Think), tahap siswa berkelompok (pair) dengan teman sebangkunya dan mendiskusikan jawaban. Dan berikutnya adalah tahap berbagi (share). Selain itu, alaternatif yang dapat dilakukan guru untuk merangsang minat siswa dalam belajar menulis kalimat majemuk adalah  dengan memperhatikan komponen-komponen yang berpengaruh terhadap hasil pembelajaran. Menurut Sanjaya (2010:204)  komponen-komponen pembelajaran meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan. Unsur-unsur manusiawi dalam kegiatan belajar mengajar meliputi guru dan siswa. Sehingga dalam kegiatan belajar mengajar, guru lebih mempertimbangkan keberadaan siswa sebagai pembelajar. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menciptakan gabungan kalimat. Serta menganalisis jenis kalimat gabung dan struktur gramatikal kalimat. Dengan demikian alur proses belajar tidak hanya berasal dari guru menuju siswa. Akan tetapi siswa bisa saling mengajar dengan sesama siswa lainnnya atau yang dikenal dengan peer teaching.
Dalam hal ini, guru berperan sebagai perencana (planer) atau desainer pembelajaran, sebagai implementator atau keduanya. Sebagai perencana, guru dituntut untuk memahami secara benar kurikulum yang berlaku, karakteristik siswa, fasilitas, dan sumber daya yang ada. Sebagai implementator, guru bukan hanya sebagai model atau teladan bagi siswa tetapi juga sebagai pengelola pembelajaran. Oleh karena itu, peran guru adalah menciptakan suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan sehingga siswa terhindar dari kebosanan dan dapat meningkatkan minat siswa dalam pembelajaran menulis kalimat majemuk.
Upaya mendukung keberhasilan pembelajaran menulis kalimat majemuk, perlu ditunjang sarana dan prasarana yang sesuai dengan pokok bahasan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan guru adalah penyediaan media pembelajaran yang mendukung ketercapaian hasil belajar siswa. Penggunaan media pembelajaran ditujukan agar siswa dapat terlibat secara aktif dan kreatif dalam menggabungkan dan menciptakan kalimat majemuk.
Penggunaan media pembelajaran yang tepat, mampu mendorong terjadinya perubahan peranan guru dalam mengelola proses pembelajaran. Guru yang pada awalnya bertindak sebagai sumber belajar, berubah peran sebagai fasilitator dalam pembelajaran. Sebagai fasilitator, guru berkewajiban menyediakan sarana dan prasarana yang menunjang keberhasilan belajar siswa. Dengan mempergunakan media pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran akan membuat siswa termotivasi dalam belajar. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis termotivasi melaksanakan penelitian yang berjudul “Penerapan Kooperatif Model Think Pair Share Berbantuan Kartu Klausa sebagai Optimalisasi Pelajaran Kalimat Majemuk Siswa Kelas XII IPA 5 SMAN 11 Surabaya Tahun Pembelajaran 2013-2014”.

Menulis
Secara harafiah kegiatan menulis dapat diartikan sebagai kegiatan yang menggambarkan bahasa dengan lambang-lambang yang dapat dipahami. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Tarigan dalam Muchlisoh, dkk (1999: 233) yang mengatakan bahwa menulis ialah kegiatan menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut.
Berdasarkan sifatnya kegiatan menulis merupakan cara berkomunikasi secara tidak langsung, dalam arti kegiatan berkomunikasi dengan tidak bertatap muka. Selain itu menulis juga merupakan kegiatan yang produktif dan ekspresif. Menulis dapat diartikan menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut jika mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu (Tarigan, 1994: 21).
Kemampuan menulis merupakan kemampuan berbahasa yang bersifat produktif, artinya kemampuan menulis  merupakan kemampuan yang menghasilkan. Menulis sangat bermanfaat bagi kehidupan terutama sebagai alat berkomunikasi. Selain kegiatan menulis juga dapat melatih seseorang menjadi lebih disiplin dalam berbahasa dan menjadi lebih kreatif. Penulis yang baik harus dapat mengungkapkan dengan jelas tujuan yang ditulisnya sehingga penyampaian pesan kepada pembaca tercapai. Berkaitan dengan hal itu penulis dituntut untuk memusatkan perhatiannya pada hal yang akan ditulisnya sehingga menghasilkan tulisan yang baik.
Dalam kehidupan sehari-hari menulis mempunyai fungsi sebagai berikut: 1) sebagai alat komunikasi yang tidak langsung, 2) bagi pendidik, fungsi menulis adalah mempermudah pelajar berfikir, 3) dapat menolong berfikir kritis, 4) dapat memindah, merasakan, menikmati, menghubungkan, memperdalam daya tanggap atau persepsi memecahkan masalah dan membantu menjelaskan pikiran-pikiran (Tarigan, 1986: 22).
Kalimat
Kusno (1990:104) berpendapat bahwa kalimat adalah suatu bentuk ujar  (tuturan) yang terdiri atas dua kata atau lebih, yang mengandung suatu makna yang lengkap dan diapit oleh kesenyapan awal dan kesenyapan akhir. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa kalimat merupakan bagian terkecil dari ujaran yang mempunyai makna lengkap dan diapit oleh kesenyapan awal dan akhir. Dalam wujud tulisan (karangan), kesenyapan awal dan kesenyapan akhir suatu kalimat ditandai dengan pemakaian huruf kapital dan penggunaan intonasi akhir. Sebagaimana pendpat Kusno di atas kalimat dalam wujud tulisan juga harus mempunyai makna yang lengkap (utuh) sehingga gagasan yang diungkapkan dapat diterima pembaca dengan sempurna.
Berdasarkan unsur pembentuknya kalimat dibedakan jadi dua jenis, yaitu kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri atas dua unsur inti dan boleh diperluas dengan satu atau lebih unsur tambahan, asal unsur-unsur tambahan itu tidak boleh membentuk pola yang baru (Keraf, 1980:151). Contoh kalimat tunggal:
Guru   sedang memeeragakan   cara membaca puisi yang benar.
 S                               P                                              O

Y.S Badudu berpendapat, bahwa kalimat tunggal dalam bahasa Indonesia, memiliki pola dasar kalimat, di antaranya adalah:
(1) Pola dasar S-P, contoh:  Adik cantik.
                                            S         P

(2) Pola dasar S-P-O, contoh:   Ibu   membaca     buku
                                               S           P           O

(3) Pola dasar S – P – K, contoh: Kakekku   sakit   sebulan.
                                                     S           P          K

(4) Pola dasar S – P – Pel, contoh: Negara RI    berlandaskan   pancasila.
                                                        S                  P                Pel

(5) Pola dasar S – P – O - K, contoh: Ibu   mengirimkan  uang  untuk kakak
                                                       S              P            O           K

(6) Pola dasar S – P – O – Pel, contoh:  Mereka   menganggap   saya  pengajar
                                                               S               P            O       Pel

(7) Pola dasar S – P – O – Pel- K, contoh:  Ibu   mengirimi   kakak   uang   bulan lalu
                                                               S           P             O       Pel         K

(8) Pola dasar S – P – O – K - Pel, contoh: Penyelesaiannya  makan  waktu  setahun
                                                                        S                 P       Pel        K    (1997: 32)

Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri dari gabungan beberapa klausa (Kridalaksana : 1982). Kalimat yang berasal dari gabungan beberapa klausa yang dirangkai menjadi satu dan diberikan konjungsi disebut sebagai kalimat majemuk. Karena kalimat majemuk berasal dari gabungan beberapa klausa, maka kalimat majemuk membentuk suatu pola. Hal ini senada dengan pendapat yang disampaikan oleh Keraf (1980:166) yang mengatakan bahwa kalimat majemuk adalah kalimat  yang mengandung dua pola kalimat atau lebih.
Dalam bahasa Indonesia, kalimat majemuk sering digunakan bersamaan dengan penggunaan kalimat tunggal atau kalimat monoklausa. Penggunaan kalimat majemuk dalam bahasa Indonesia digunakan untuk memperjelas hubungan antarbagian klausa dengan bagian klausa yang lainnya.
Berkenaan dengan sifat hubungan klausa-klausa di dalam kalimat majemuk, maka dalam hal ini kalimat majemuk dapat dibedakan dalam tiga macam, yaitu : kalimat majemuk setara, kalimat majemuk bertingkat dan kalimat majemuk campuran.
Kalimat Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara adalah Kalimat gabung yang hubungan antarpola-pola kalimat di dalamnya sederajat atau seharkat. Dikatakan sederajat karena hubungan antara kalusa satu dengan yang lainnya tidak saling bergantung.
Jenis kalimat majemuk setara antara lain: 1) Kalimat majemuk setara sejalan (penambahan /  penjumlahan) Contoh: Ibu menyapu lantai, Vivi mengelap perabotan, dan Ayah mencuci mobil di garasi. Kalimat tersebut terdiri dari tiga klausa yaitu (a) /ibu menyapu lantai/ yang berpola S-P-O; (b) /Vivi mengelap perabotan/ yang berpola S-P-O; dan (c) /Ayah mencuci mobil di garasi/ dengan pola SPOK. Konjungsi yang dipakai adalah [dan]. Jenis kalimat majemuk di atas adalah kalimat majemuk setara hubungan penjumlahan.  Yang dimaksud dengan hubungan penjumlahan adalah hubungan yang menyatakan penjumlahan atau gabungan kegiatan, keadaan, peristiwa, atau proses. Hubungan tersebut ditandai oleh coordinator dan, serta, atau baik … maupun. Jika diperhatikan konteksnya, hubungan penjumlahan dapat menyatakan 1) sebab-akibat, 2) urutan waktu, 3) pertentangan, 4) perluasan (Alwi, dkk, 2003:400). b) Kalimat majemuk setara memilih (pemilihan)  Contoh: Kita akan melanjutkan perjalanan, atau kita beristirahat, c) Kalimat majemuk setara perlawanan, Yang dimaksud dengan hubungan perlawanan adalah hubungan yang menyatakan bahwa yang dinyatakan dalam klausa pertma berlawanan atau tidak sama dengan yang dikatakan dalam klausa kedua. Hubungan itu ditandai dengan coordinator tetapi dan melainkan. Hubungan perlawanan  dibedakan atas hubungan yang menyatakan 1) penguatan, 2) implikasi, 3) perluasan (Alwi dkk, 2003:401). Contoh  :      Amir tidak pergi ke stasiun tetapi ke terminal. d) Kalimat majemuk setara sebab akibat, Contoh  : Roy Martien ditahan, karena ia telah membawa sabu-sabu.
Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat ialah kalimat yang terjadi atas beberapa kalimat tunggal yang kedudukannya tidak setara/ sederajat, yakni yang satu menjadi bagian yang lain (Chaer, 1994 : 244). Klausa yang satu merupakan induk kalimat, dan klausa yang lain merupakan anak kalimat. Kedua klausa itu biasanya dihubungkan dengan konjungsi subordinatif, seperti kalau, ketika, meskipun, supaya, jika, sehingga, dan karena. Kalimat majemuk bertingkat sesungguhnya berasal dari sebuah kalimat tunggal. Bagian dari kalimat tunggal tersebut kemudian diganti atau diubah sehingga menjadi sebuah kalimat baru yang dapat berdiri sendiri. Bagian kalimat majemuk bertingkat yang berasal dari bagian kalimat tunggal yang tidak mengalami pergantian / perubahan dinamakan induk kalimat, sedang bagian kalimat majemuk yang berasal dari bagian kalimat tunggal yang sudah mengalami penggantian/ peubahan dinamakan anak kalimat. Contoh: “Kakak datang kemarin”. Kalimat tunggal tersebut mempunyai keterangan waktu: kemarin. Jika kata kemarin diganti / diubah menjadi kalimat yang dapat berdiri sendiri, misalnya: ketika kami sedang makan, maka kalimat tunggal tersebut berubah menjadi kalimat majemuk bertingkat sebagai berikut: “Kakak datang, ketika kami sedang makan”. Klausa kakak datang (yang tidak pernah mengalami perubahan / pergantian) dinamai induk kalimat, sedangkan klausa: ketika kami sedang makan (yang mengubah/ mengganti kata kemarin) dinamai anak kalimat.
Media Pembelajaran
Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar mengajar terjadi dengan baik sesuai rencana. “Peran media dalam proses komunikasi adalah sebagai alat pengirim (transfer) yang mentransmisikan pesan dari pengirim (sender) kepada penerima pesan atau informasi (receiver)”, Kemp dan Dayton (1985:3). Berdasarkan pendapat di atas, pengertian media mengarah pada sesuatu yang mengantar/meneruskan informasi (pesan) atau sumber (pemberi pesan) dan penerima pesan.
Pemilihan media yang sesuai dengan karakteristik siswa akan lebih membantu keberhasilan pengajar dalam pembelajaran. Secara rinci fungsi media memungkinkan siswa menyaksikan objek yang ada tetapi sulit untuk dilihat dengan kasat mata melalui perantaraan gambar, potret, slide, dan sejenisnya mengakibatkan siswa memperoleh gambaran yang nyata (Degeng, 1999:19). Ada empat fungsi media diantaranya (1) Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis, (2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, (3) Mengatasi sikap pasif siswa menjadi lebih bergairah, (4) Mengkondisikan munculnya persamaan persepsi dan pengalaman.
Jerold Kemp (1986) dalam Pribadi (2004: 1.4) mengemukakan beberapa factor yang merupakan karakteristik dari media, antara lain (1) Kemampuan dalam menyajikan gambar (presentation), (2) Faktor ukuran (size); besar atau kecil, (3) Faktor warna (color); hitam putih atau berwarna, (4) Faktor gerak; diam atau bergerak, (5) Faktor bahasa: tertulis atau lisan, (6) Faktor keterkaitan antara gambar dan suara, gambar saja, suara saja, atau gabungan antara gambar dan suara.
Selain itu Jerold Kemp dan Diane K. Dayton (dalam Pribadi, 2004:1.5) mengemukakan klasifikasi jenis media  sebagai berikut (1) media cetak, (2) media yang dipamerkan (displayed media), (3) overhead transparency, (4) rekaman suara, (5) slide suara dan film strip, (6) presentasi multi gambar, (7) video dan film, (8) pembelajaran berbasis computer (computer based learning)
Ada beberapa fungsi media dilihat dari segi perkembangan media, di antaranya: sebagai alat bantu mengajar, memberikan pengalaman konkret pada siswa, alat penyalur pesan atau informasi belajar, bagian integral pembelajaran, mengurangi rasa pasif pada anak didik (Sadiman, 2008:17-18).
Menurut Arsyad (2005:25) merincikan  fungsi media yaitu 1) meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berfikir, karena penggunaan media pembelajaran dapat mengurangi verbalisme siswa, 2) memperbesar perhatian siswa pada materi pelajaran, 3) meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar, 4) memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri di kalangan siswa.
Media yang digunakan guru dalam pembelajaran kalimat majemuk dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif teknik Think Pair Share adala kartu klausa. Kartu klausa adalah kartu permainan yang dibuat oleh guru dengan tujuan dapat merangsang siswa untuk aktif merangkai dan menciptakan  kalimat gabung atau yang dikenal sebagai kalimat majemuk. Kartu klausa berukuran 9cm X 6.5cm. Masing-masing kartu klausa bertuliskan klausa (gabungan kata). Siswa dapat menggabung-gabungkan kartu klausa menjadi kalimat tunggal atau kalimat majemuk.
Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah Model pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkonstruksi konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri (Suyatno, 2009: 51). Model pembelajaran kooperatif merupakan pendekatan pembelajaran yang berfokus pada pemanfaatan kelompok-kelompok kecil siswa untuk dapat bekerja sama dalam memaksimalkan mencapai tujuan belajar.
 Tujuan pembelajaaran kooperatif adalah meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Guru memfasilitasi siswa pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan  kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama dengan siswa yang memiliki perbedaan latar belakang. Sehingga dalam pembelajaraan kooperatif siswa berperan ganda yaitu sebagai siswa ataupun sebagai guru. Dengan bekerja secara kalaboratif, diharapkan siswa dapat mencapai tujuan bersama yaitu memahami konsep pembelajaran.   Rogger dan David Johnson (dalam Lie, 2007:31) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil  yang maksimal, lima unsur model pembelajaran gotong royong yang harus diterapkan diantaranya adalah: a) saling ketergantungan positif; b). tanggung jawab perseorangan; c). tatap muka; d). komunikasi antar anggota; dan e). evaluasi proses kelompok.
Think - Pair - Share
Think Pair Share adalah suatu teknik pembelajaran kooperatif yang memberi siswa waktu untuk berfikir dan merespon serta saling bantu satu sama lain. Metode ini memperkenalkan ide “waktu berfikir atau waktu tunggu” yang menjadi faktor kuat dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam merespon pertanyaan. Pembelajaran Kooperatif model Think-Pair-Share ini relatif lebih sederhana dan tidak menyita waktu lama hanya untuk mangatur tempat duduk ataupun mengelompokkan siswa. Dalam pembelajaran Think-Pair-Share tiap kelompok hanya berisi 2 sampai 3 siswa saja.  
Model pembelajaran Think Pair Share (TPS) adalah strategi diskusi kooperatif yang dikembangkan oleh Frank Lyman dan kawan-kawannya dari Universitas Maryland pada tahun 1981. Model pembelajaran Think Pair Share memiliki prosedur yang secara eksplisit  memberi siswa waktu untuk berpikir, menjawab, saling membantu satu sama lain. Dengan demikian diharapkan siswa mampu bekerja sama, saling membutuhkan, dan saling bergantung pada kelompok kecil secara kooperatif.
Tahapan-Tahapan Pelaksanaan Think Pair Share
Susilo, menyebutkan tahapan demi tahapan yang dilakukan pada pelaksanaan Think Pair Share, antara lain: Tahap satu, think (berpikir). Pada tahap ini guru memberikan pertanyaan yang terkait dengan materi pelajaran kepada seluruh siswa. Pertanyaan guru berupa pertanyaan terbuka yang memungkinkan dijawab dengan berbagai macam jawaban. Tahap dua, pair (berpasangan). Pada tahap ini siswa berpikir secara individu. Guru meminta kepada siswa untuk berpasangan dengan teman sebangkunya dan mulai memikirkan pertanyaan atau masalah yang diberikan guru tadi dalam waktu tertentu. Lamanya waktu ditetapkan oleh guru berdasarkan pemahaman guru terhadap siswanya, sifat pertanyaanya, dan skedul pembelajaran. Siswa disarankan untuk menulis jawaban atau pemecahan masalah hasil pemikirannya.Tahap 3, share (berbagi). Pada tahap ini siswa secara individu mewakili kelompok atau berdua maju bersama untuk melaporkan hasil diskusinya ke seluruh kelas. Pada tahap terakhir ini siswa seluruh kelas akan memperoleh keuntungan dalam bentuk mendengarkan berbagai ungkapan mengenai konsep yang sama dinyatakan dengan cara yang berbeda oleh individu yang berbeda.
Penerapan  Kooperatif Model Think Pair Share Berbantuan Kartu Klausa dalam Pelajaran Kalimat Majemuk Siswa Kelas XII IPA 5 SMAN 11 Surabaya Tahun Pembelajaran 2013-2014
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif  kualitatif, karena dalam penelitian ini dihasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari hasil belajar siswa (Moleong, 2003: 3). Karena penelitian ini berupa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) maka pelaksanaan dalam penelitian ini akan dilakukan dalam siklus pembelajaran. Dalam tiap-tiap siklusnya akan mengikuti tahap atau proses yang lazim dilalui, yaitu (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3) Pengamatan, dan (4) Refleksi.
Kegiatan penelitian tindakan kelas dimulai dari studi pendahuluan terhadap latar penelitian yang meliputi latar sekolah, guru, siswa, dan pembelajaran kalimat majemuk. Kegiatan ini bertujuan untuk memperoleh penyebab kegagalan pembelajaran menulis kalimat majemuk. Berdasarkan temuan tersebut disusunlah rencana umum tindakan yang dituangkan dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang menerapkan metode kooperatif dengan model TPS (Think Pair Share) berbantuan media kartu klausa  pada pembahasan kalimat majemuk.
Setelah itu peneliti melaksanakan pembelajaran kalimat majemuk dengan menerapkan pembelajaran kooperatif dengan metode TPS (Think-Pair-Share) dan penggunaan media kartu klausa. Peneliti (guru) membagikan kartu klausa yang telah dipersiapkan guru dari rumah. Setiap  merangkai beberapa kartu klausa agar menjadi kalimat majemuk. Siswa menuliskan hasil kerja mandiri dalam lembar kerja. Kemudian siswa menganalisis unsur gramatikal kalimat majemuk hasil ciptaannya.
Setelah waktu yang ditentukan, guru meminta siswa untuk mendiskusikan hasil kerja mandiri dengan kelompoknya. Siswa berdiskusi dengan kelompoknya tentang ketepatan pilihan klausa pembentuk kalimat majemuk, pemakaian kata gabung, struktur gramatikal kalimat, dan jenis kalimat majemuk. Hasil diskusi kelompok dituliskan dalam lembar kerja kelompok.
Guru meminta perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja di depan kelas. Kelompok yang lain memperhatikan presentasi teman dan memberikan tanggapan yang berupa kritik atau saran dengan menggunakan bahasa yang santun. Pada akhir pembelajaran, guru membantu siswa menyimpulkan hasil kegiatan.
Kegiatan refleksi dilaksanakan pada tiap akhir siklus. Kegiatan refleksi dilaksanakan dengan cara: 1) Menganalisis tindakan yang telah dilaksakan, 2) Mendiskusikan dan membahas kesesuaian tindakan dengan perencanaan yang telah dilaksanakan dan temuan lain yang muncul selama kegiatan pelaksanaan tindakan berlangsung. 3) Mendiskusikan dan mencari pemecahan masalah apabila terdapat kendala dan masalah dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran.4) Membuat kesimpulan dari data yang telah diperoleh. Hasil refleksi digunakan sebagai masukan untuk menentukan perlu tidaknya tindakan pada siklus berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan,dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Ardiana, Leo Indra dan Kisyani Laksana. 2004. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta
Arsyad, Azhar. 2005. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafind Persada.
Chaer, Abdul. 2005. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka.
Isjoni, H. 2007. Cooperatif Learning. Bandung: ALFABETA
Hasnun, Anwar. 2006. Pedoman Menulis untuk Siswa SMP dan SMA. Yogyakarta: Andi Offset
Indarti, Titik. 2008. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Penulisan Karya Ilmiah. Surabaya : Unesa  
                              University Press
Tarigan, Henry Guntur. 1990. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Moleong, Lexy. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Nurgiantoro, Burhan. 1988. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE
Ramlan, M. 2001. Sintaksis. Yogyakarta: Karyono.
Sa’dijah, Cholis. 2006. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share TPS Malang: Lembaga
                                    Penelitian UM
Sadiman, Arif. 2008. Media Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada