KEKASIH TERHEBAT

https://www.youtube.com/watch?v=CuCzxDukoU4

Sabtu, 01 April 2017

Teks Eksplanasi

Pengertian Teks Eksplanasi
Berikut ini akan dijelaskan mengenai tiga hal dari Teks Eksplanasi. Secara pengertian atau definisi, Teks Eksplanasi merupakan jenis teks yang bertujuan menjelaskan bagaimana sebuah peristiwa atau kejadian berlangsung atau terjadi. Pada umumnya, peristiwa yang dijelaskan melalui teks eksplanasi adalah peristiwa yang terjadi secara alami. Misalnya, terjadinya tsunami, gempa, kebakaran hutan dan sebagainya. Bisa juga menjelaskan tentang proses metamorfosis, penyerbukan dan sebagainya. Inti dari teks Eksplanasi adalah sebuah proses mengenai kejadian suatu hal dalam kehidupan.
Sebagai contoh untuk menggambarkan kejadian alam yang memang kejadian proses dalam kehidupan seperti proses metamorfosis kupu-kupu, katak, atau yang terjadi pada binatang lainnya. Intinya adalah proses kejadian.


Berikut ini adalah beberapa pertanyaan yang bisa dijadikan sebagai bagian untuk mengetahui sebuah teks Eksplanasi dan lebih memperdalamnya. Di antaranya adalah :
  • Bagaimana proses sehingga ulat dapat berubah menjadi kupu-kupu?
  • Bintang apa lagi yang juga mengalami proses metamorfosis?
  • Dapatkah manusia membantu terjadinya proses metamorfosis pada bintang-binatang tersebut?
  • Sebuah tanaman dihasilkan dari sebuah biji yang ditanam hingga akhirnya menjadi besar. Apakah proses biji berubah menjadi tumbuhan besar tersebut juga dapat disebut metamorfosis?
  • Manusia tumbuh mulai dari janin, bayi yang akhirnya menjadi berkembang besar. Apakah proses bayi menjadi manusia dewasa dapat disebut metamorfosis?
  • Proses metamorfosis menunjukan ke-Mahakuasaan Tuhan. Setujukah kalian dengan pernyataan tersebut? Berikan alasan kalian?

Berdasarkan definisi dan beberapa pertanyaan yang menjelaskan teks Eksplanasi di atas, maka ada beberapa hal penting dalam Teks Eksplanasi. Sebuah peristiwa atau fenomena terjadi melalui tahapan-tahapan dengan membentuk pola tertentu. Tahapan-tahapan ini disebut dengan proses. Peristiwa atau fenomena dapat dibedakan menjadi tiga jenis berdasarkan fungsinya, yakni peristiwa yang alami (natural), yang sifatnya sosiokultural, maupun yang mengalami campur tangan manusia. Fenomena yang ada dalam kehidupan, yakni natural yang tidak dibantu oleh tangan-tangan manusia, terjadi karena proses alam, seperti gempa, tsunami, gunung merapi, termasuk di dalamnya proses metamorfosis. Selain natural ada juga yang bersifat sosiokultural, seperti proses budaya Yangku, Kesenian daerah, pembuatan batik, pakaian tradisional, alat musik dan lainnya. Kemudian yang mendapatkan campur tangan manusia yaitu kejadian alam yang dalam pengelolaannya ada ikut serta tindakan manusia, seperti menanam padi, menanam tomat yang sengaja di halaman rumah, dan hal yang di dalam prosesnya ada pekerjaan tangan manusia. Hal ini dilakukan guna mendapatkan hasil yang maksimal untuk mencukupi kebutuhan manusia dan makhluk lainnya.

Struktur Teks Eksplanasi
Berdasarkan pertanyaan di atas dan paragraf di atas, kalian telah mengamati teks eksplanasi tentang proses metamorfosis kupu-kupu. Melaui pengamatan tersebut kalian telah mengetahui gambaran awal struktur teks eksplanasi. Selanjutnya, amatilah penjelasan lebih mendalam mengenai struktur teks eksplanasi berikut ini :

  • Judul
  • Pernyataan umum, menjelaskan fenomena yang disebut metamorfosis.
  • Rincian penjelasan, menjelaskan secara rinci proses perubahan larva (telur kupu-kupu betina) sampai akhirnya menjadi seekor kupu-kupu:
  • Telur (larva) menetas menjadi ulat
  • Ulat dalam beberapa hari menjadi kepompong
  • Di dalam kepompong tumbuh sayap, kaki, dan anggota tubuh lain.
  • Kepompong pecah keluar kupu-kupu.
  • Kesimpulan, menyimpulkan bahwa porses metamorfosis terjadi secara alami sebagai bukti kemahakuasaan Allah.

Berikut ini struktur teks Eksplanasi jika dikerangkakan:
  • Judul
  • Pernyataan umum
  • Rincian Penjelasan
  • Kesimpulan

Memahami Unsur Kebahasaan Teks Eksplanasi
Dalam sebuah teks atau karangan tentunya memiliki unsur kebahasaan, begitu juga dengan Teks Eksplanasi. Adapun unsur kebahasaan pada teks eksplanasi yang akan dibahas pada bab ini adalah sebagai berikut :
Penggunaan kata sambung
Penggunaan kata bilangan
Penggunaan kata berimbuhan
Penggunaan kata ganti
Istilah dalam bidang tertentu

Berikut ini akan menjelaskan perihal 5 unsur kebahasaan yang dituliskan di atas, yaitu :

Penggunaan kata sambung (konjungsi)
Apakah yang dimaksud dengan kata sambung atau konjungsi? Kata sambung adalah kata yang berfungsi menyambung dua atau lebih kalimat tunggal. Dua kalimat yang digabung tersebut tentu memiliki hubungan. Tugas kata sambung adalah menjelaskan hubungan tersebut. Misalnya, kata sambung yang menyertakan hubungan sebab-akibat, kata sambung yang alasan, kata sambung yang menyertakan pilihan, dan sebagainya.
Menurut letaknya, kata sambung (konjungsi), dibedakan menjadi :
Kata sambung yang berada dalam kalimat, yang berfungsi menggabungkan dua atau lebih kalimat menjadi satu kalimat. Misalnya, dan, atau, tetapi, karena, sehingga, lalu, kemudian dan sebagainya.
Kata sambung yang berada di dalam satu paragraf, yang berfungsi menggabungkan dua kalimat, namun berada dalam satu paragraf. Misalnya, akan tetapi, namun, meskipun demikian, setelah itu, dan sebagainya. Kata sambung seperti ini dalam paragraf juga berfungsi sebagai kata transisi.

Penggunaan kata bilangan
Dalam teks eksplanasi terdapat sebuah proses. Untuk menyatakan tahapan terjadinya suatu proses dapat juga digunakan kata bilangan. Misalnya proses pertama diawali dengan menetasnya larva kupu-kupu menjadi ulat. Tahap kedua adalah ulat beruabah menjadi kepompong. Tahap ketiga di dalam kepompong terjadi perubahan wujdu fisik ulat dengan muncul kaki, sayap dan lainnya. Tahap terakhir, kepompong pecah dan keluarlah wujud kupu-kupu.

Penggunaan kata berimbuhan
Dalam menjelaskan sutau proses peristiwa, selain adanya kata bilangan, ada hal lain yang harus diperhatikan, yakni penggunaan kata berimbuhan, baik kata berimbuhan aktif maupun pasif. Di antara berbagai kata berimbuhan yang ada, diantara yang sering digunakan dalam teks eksplanasi yaitu terbentuk, bertelur, berkembang, menetas, dan berubah.

Penggunaan kata ganti
Selain penggunaan kata-kata di nomor satu, dua dan tiga di atas, penggunaan selanjutnya yaitu penggunaan kata ganti. Penggunaan kata ganti merupakan sarana untuk memadukan kalimat dan paragraf. Begitu juga dalam teks eksplanasi, dapat ditemukan penggunaan kata ganti.
Seperti : Dalam beberapa hari, telur-telur tersebut akan menetas, dan ulat-ulat kecil akan keluar dari telur-telur itu. Mereka akan bertahan selama kurang lebih 20 hari dengan terus makan dedaunan. Setelah itu mereka akan menjadi kepompong.


Penggunaan istilah bidang tertentu

Setiap membuat teks eksplanasi atau karangan lain harus disesuaikan dengan tema. Jangan sampai membahas perihal IPA, namun istilah, kata yang digunakan perihal sosial, rasanya kurang cocok. Begitu juga ketika menulis karangan dengan tema teknologi maka kata dan istilah yang digunakan adalah istilah teknologi. Contoh istilah IPA yakni metamorfosis, larva, kepompong, fase, dan pupa.
Untuk mengetahui, memahami dan mampu secara jelas mengetahui bahasan yang dijadikan sebagai kajian, maka hal yang harus dilakukan adalah mempertanyakan. Namun, dalam membuat sebauh pertanyaan harus mampu membuat pertanyaan yang tidak asal-asalan, melainkan ada maksud dan tujuannya. Begitu juga ketika akan mengkaji teks eksplanasi secara mendalam harus mampu membuat pertanyaan dan mempertanyakan secara jelas seputar isi teks yang dimaksud. Sebagai contoh jenis pertanyaan, bentuk pertanyaan dan jawaban adalah sebagai berikut :

Teks Eksplanasi memiliki tujuan memaparkan informasi tentang terjadinya fenomena alam atau sosial secara alami, serta memiliki struktur Judul-Pernyataan umum-Rincian penjelasan-Kesimpulan.
Teks Eksposisi memiliki tujuan memaparkan informasi tentang cara membuat sesuatu sesuai langkah-langkah yang benar. Adapun strukturnya yaitu : Judul-Bahan (Material)-Steps (langkah-langkah).

Dilihat dari penjelasan di atas , dapat disimpulakn setiap teks memiliki ciri atau karakteristik seperti dari tujuannya apa dan untuk apa, di bagain perbedaan lainnya yakni perihal struktur atau kerangka teksnya. Perbedaan tersebut menjadi kekhasan setiap paragraf tentunya yang memiliki fungsi dan manfaat lain-lain sesuai dengan tujuan penulis akan membahas perihal apa dan perihal pemilihan teks yang cocok oleh penulis untuk menyampaikan maksud dari hal yang dibahas.

Teks Prosedur


Pengertian Teks Prosedur

Teks prosedur adalah teks yang di dalamnya berisikan tujuan dan langkah melakukan atau membuat sesuatu.

Struktur Teks Prosedur
Secara garis besar, Teks Prosedur memiliki 2 struktur yakni bagian Tujuan dan bagian Langkah-langkah. Bagaimana dan seperti apakah tujuan dan langkah-langkah dalam membuat Teks Prosedur, berikut akan dijelaskan beserta contohnya.





Contoh Teks Prosedur
Di bawah ini akan disajikan sebuah bacaan yang berjudul Pencangkokan Tanaman. Adapun lebih jelasnya adalah sebagai berikut :
Pengembangan tanaman dapat dilakukan melalui pencangkokan. Selain mudah dilakukan, pencangkokan juga murah biayanya. Hal ini dilakukan guna mendapatkan keturunan dari pohon yang dicangkok yang lebih baik, sehingga buah atau hasil yang didapatkan lebih maksimal. Sebagai contoh yakni pencangkokan tumbuhan mangga bisa mendapatkan buang mangga yang lebih baik dari mangga yang dicangkok. Selain kelebihan yang disebutkan di atas hasil pencangkokan memiliki masa tumbuh yang relatif lebih singkat, dibandingkan ditanam melalui biji atau benih.
Dalam kenyataannya pencangkokan tanaman memiliki kelebihan dan kekurangan/ kerugin. Keuntungan yang dapat diperoleh melalui pencangkokan tananman antara lain, tanaman berbuah lebih cepat, mutu buah yang dihasilkan sama dengan induknya. Sementara kerugiannya yakni tanaman hasil pencangkokan hanya memiliki akar serabut sehingga lebih mudah tumbang/ roboh dibandingkan dengan jika ditanam secara umum.
Dalam melakukan proses pencangkokan diperlukan beberapa alat dan bahan, diantaranya yakni satu bilah pisau, tali plastik/ tali bambu, plastik transparan/ sabut kelapa/ ijuk dan tanah yang agak basah dan subur. Alat dan bahan tersebut sangat penting sekali dalam melakukan proses pencangkokan berbagai tanaman yang memang bisa dilakukan pencangkokan.
Adapun langkah dalam melakukan pencangkokan yakni :

  • Carilah dahan yang ukuran batang pohon dan tempat yang akan dikupas paling sedikit 10 cm
  • Ukurlah jarak antara batang pohon dan tempat yang akan dicangkk dengan panjang kupasan 5 cm
  • Kupaslah sekeliling kulit dahan yang akan dicangkok dengan panjang kupasan 5 cm
  • Keriklah lendir atau kambium dahan tersebut dengan perlahan agar kering
  • Tutuplah hasil kupasan dengan tanah
  • Bungkuslah tanah dengan plastik, lalu ikat kedua ujungnya agar tanah tidak jatuh.

Setelah semua langkah dilakukan, maka lakukan pemantauan seminggu sekali, guna melihat perkembangannya. Apakah tanah pencangkkan itu kering, siramlah dengan membuka tali pengikat bagian atas cangkokan. Setelah dua atau tiga minggu, tunas hasil cangkokan akan tumbuh pada bagian tanah yang dibungkus. Maka hal tersebut bisa dikatakan proses pencangkokan berjalan dengan lancar.

Editorial atau Tajuk Rencana

Editorial/tajuk rencana adalah suatu opini yang berisi pendapat dari pihak media yang bersangkutan mengenai suatu peristiwa atau persoalan yang fenomenal, aktual atau kontroversial.
Secara sederhana, tajuk rencana bisa diartikan sebagai artikel pokok di dalam surat kabar. Karena tajuk rencana berisi mengenai pandangan redaksi terhadap suatu kejadian atau peristiwa yang menjadi perhatian masyarakat/aktual.

Fungsi Editorial / Tajuk Rencana
Tajuk rencana memiliki fungsi sebagai bentuk solidaritas kepada masyakarat berupa penjelasan mengenai suatu peristiwa atau kejadian yang aktual, berdasarkan bukti yang akurat. Isi tajuk rencana terkadang juga menjelaskan analisis suatu kondisi, tujuannya untuk memberitahukan kepada masyarakat kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi.

Ciri-ciri Editorial/Tajuk Rencana
Berikut adalah ciri-ciri editorial/tajuk rencana yang membedakannya dengan teks yang lain:
  • Berisi opini dari redaksi mengenai suatu peristiwa yang sedang ramai dibicarakan.
  • Berisi ulasan mengenai masalah biasanya berskala nasional maupun internasional.
  • Bersifat subjektif.
  • Gaya bahasa formal/baku.
  • Bertujuan memberikan pandangan kepada masyarakat mengenai suatu kejadian yang sedang ramai dibicarakan.

Struktur Teks Editorial/Tajuk Rencana
Sementara itu, struktur penulisan tajuk rencana terdiri dari 3 bagian, yaitu:
  • Title/judul
  • News Peg/berita atau objek yang akan diulas/dibahas.
  • Explanation/penjelasan atau uraian sikap Koran yang bersangkutan.

Sifat Editorial/Tajuk Rencana
Karakter atau sifat dari tajuk rencana adalah:
  • Sifatnya kursial dan penulisannya dilakukan secara berkala. Bergantung jenis medianya apakah terbit hairan, mingguan, per dua minggu atau bulanan.
  • Berisi mengenai sikap atas situasi yang berkembang di masyarakat.
  • Konsisten dan memiliki karakter terkait sikap dari media massa yang menulis editorial atau tajuk rencara.
  • Berkaitan erat dengan kebijakan media yang bersangkutan.
Editorial/tajuk rencana dalam media massa merupakan hal yang penting karena tajuk rencana menjadi salah satu ukuran karakter dan kepribadian suatu media massa. Oleh sebab itu, penulisan tajuk rencana harus memiliki kualitas yang ciri-cirinya: hati-hati, normatif, cenderung konservatif, menghindari pendekatan kritis yang tajam, dan mempertimbangkan aspek politis yang lebih besar dari aspek sosiologis.

Mengenal Hikayat, Nilai-nilai, Dan Kesesuaian Dengan Kehidupan


Mengenal Hikayat, Nilai-nilai, dan Kesesuaian dengan Kehidupan Masa Kini

 

 

Hikayat Galuh Digantung

 

Batara Kala dan Batara Narada merasa sayang bahwa di diunia tiada lagi lelakon, peristiwa-peristiwa untuk dimainkan. Mereka lalu mengirim Batara Naya Kesuma suami isttri turun ke dunia. Batara Naya Kesuma hanya boleh kembali ke kahyangan, kalau ia sudah mempunyai anak dan anak-anaknya menjadi raja yang besar-besar. Maka Naya Kesuma pun menjadi ratu di Kahuripan dan mengembangkannya menjadi sebuah kerajaan yang besar. Ia juga mempunyai lima anak, anak sulungnya menjadi ratu di Kahuripan. Anak yang kedua menjadi ratu di Daha, anak ketiga menjadi ratu di Gagelang, anak keempat menjadi ratu di Singasari dan anak bungsunya, seorang putri, tinggal bersama kakangnya di Daha.

Ratu Kahuripan pergi ke Pulau Nusa Sari berkaul memohon anak. Ratu Daha juga datang ke pulau itu untuk tujuan yang sama. Maka berjanjilah mereka, kalau permintaan mereka dikabulkan, mereka akan mempertunangkan anak mereka.

Hatta berapa lamanya, Ratu Kahuripan pun memperoleh seorang putra dengan Paduka Mahadewi, yaitu Raden Kertabuwana. Kemudian permaisuri berturut-turut melahirkan dua orang putra dan dua orang putri. Kedua orang putranya masing-masing diberi nama Raden Inu Kertapati dan Raden Carang Tiningal; kedua orang putrinya ialah Raden Martaningrat dan Raden Retna Wilis. Di Daha, permaisuri juga melahirkan seorang putra, Raden Perbatasari Gunung Sari dan seorang putri yang diberi nama Raden Galu Candra Kirana. Ratu Gagelang juga mendapat seorang putra dan seorang putri dengan permaisuri. Demikian juga Ratu Singasari, mendapat seorang putri dari permaisuri.

Maka Inu dan Candra Kirana pun dipertunangkannya melalui utusan. Tersebut pada perkataan Inu yang suka bermain senjata dan tidak menghiraukan nyawa manusia. Ia juga selalu asyik berburu sehingga menimbulkan prasangka di dalam hati ayahandanya bahwa ia mungkin tidak dapat menjadi seorang raja yang baik. Inu mengetahui kesangsian ayahandanya dan pada suatu malam, ia pun meninggalkan istana bersama-sama dengan Jurudeh tua dan Persantra, pergi bertapa di Gunung Sila Merju. Punakawan yang lain, Punta, Kertala, Jurudeh muda, takut dimurkai baginda, juga pergi bertapa ke Gunung Arga Jembangan.

Berita kehilangan Inu segera diberitahu ke Daha. Enam orang anak raja dari enam buah negeri juga datang meminang Candra Kirana, selepas mendengar warta ini. Sementara itu, seorang dewa yang disumpah oleh Batara Guru, juga datang di Daha sebagai seorang Kelana Jeladri (laut). Ia mengemukakan satu teka-teki yang musti dijawab. Kalau tidak, Candra Kirana mesti diserahkan kepadanya. Tiada seorang pun di Daha yang dapat menyelesaikan teka-teki itu. Ratu Daha minta tangguh 3 bulan, dan mengutus patihnya ke seluruh negeri untuk mencari orang yang dapat menjawab teka-teki itu. Atas permintaan Putri Candra kirana, seorang dalang perempuan juga dicari.

Dalam pada itu, Inu sudah mencapai tujuan pertapaannya. Batara Guru mengirim bidadari Segerba dan adik perempuannya yang cantik-cantik menggoda Inu. Inu tidak tergoda sama sekali. Batara Guru lalu mengubah Inu dan punakawannya menjadi perempuan. Kini Inu sudah menjadi seorang dalang perempuan yang bernama Kin Penggoda Asmara dan disuruh Batara Guru pergi ke Daha. Inu mempertunjukkan kemahirannya sebagai seorang dalang dan semua orang menaruh cinta padanya. Ketika Kelana Jeladeri kembali, Inu berkata bahwa teka-teki itu terlalu panas dan hanya dapat diselesaikan di Gunung Arga Sila Mercu. Di Gunung itu, Inu membawa jawaban yang tepat atas teka-teki itu dan Kelana Jeladeri pun menjadi dewa kembali. Inu dan punakawannya juga diubah menjadi lelaki kembali.

Di Daha, Putri Candra Kirana jatuh sakit pula dan hanya dapat disembuhkan oleh daun gandapuraloka. Ratu Daha mengumumkan barang siapa berhasil mendapatkan daun itu, akan dinikahkan dengan Putri Candra Kirana. Sesudah bersama-sama dengan Putri Nantaloka, anak perempuan Batara Guru, selama 14 hari, akhirnya Inu berhasil mendapatkan daun itu. Dengan daun itu, Putri Candra Kirana pun sembuh lah, dan Inu juga dinamai Adipati Tambak Baya. Tatkala Candra Kirana ingin memilik seekor burung ketitiran yang bertengger di balai pandapa, Inu jugalah yang menangkapnya. Hatta beberapa lamanya, Inu pun dinikahkan dengan Candra Kirana. Enam orang anak raja yang juga ingin meminang Candra Kirana, mencoba menyerang Inu, tetapi serangan mereka dipatahkan Inu dengan mudah.   

Ratu Mengawan-awan juga datang meminang Candra Kirana dengan ancaman perang, kalau pinangannya ditolak. Disuruhnya juga seorang utusannya mengenakan guna-guna kepada Candra Kirana. Itulah sebabnya tatkala Inu datang di keraton, Candra Kirana mengusirnya dan berteiak-teriak hendak bertemu Ratu Mengawan-awan. Inu tidak dapat menerima penghinaan ini dan meninggalkan Daha pada malam hari. Raden Perbatasari, adik Candra Kirana yang banyak tahu tentang ilmu sihir, dapat menghilangkan guna-guna yang terkena pada tubuh Candra Kirana. Sementara itu, Inu yang sudah mengalahkan tentara Ratu Mengawan-awan yang datang melanggar Daha. Segala rampasan yang diperoleh dikirim ke Daha, tetapi tetap tinggal di hutan sebagai seorang kelana. Orang-orang di Daha juga mulai menyadari bahwa Adipati Tambak Baya mungkin adalah Inu dari Kahuripan. Pengetahuan ini membuat Candra Kirana makin malu dan menderita. Pada suatu malam, karena putus asa dan juga karena tidak dapat menahan segala celaan dan sindiran dari orang tua dan adiknya, Candra Kirana pun meninggalkan kraton pergi mencari Inu dengan diiringi dua orang dayangnya, yaitu Ken Bayan dan Ken Sandak. Inu mendapati mereka di bawah pohon randu. Mula-mula Inu gembira sekali. Tetapi tatkala Candra Kirana meminta Inu membunuhnya karena kesalahannya, teringatlah Inu kembali malu yang dideritanya. Diperintahkannya punakawannya mengikat Candra Kirana dan dayang-dayangnya serta menggantung mereka di atas pohon randu.

Batara Kala yang sedang berkeliling dunia menemui mereka dan mengubah mereka menjadi lelaki. Kini Candra Kirana adalah Mesa Cidera Asmara dan kedua dayangnya ialah Jaran Kembang dan Jaran Sari. Mereka juga diramalkan menjadi pahlawan yang tidak terkalahkan. Mereka dianugerahi senjata dan tentara yang diciptakan dari dahan dan daun pohon randu. Maka Candra Kirana pun mulailah dengan pengembaraan dan penaklukannya. Ratu Pekambangan dan Ratu Cemara bersaudara dibunuhnya, semua harta benda mereka dirampas. Ratu Lasem dan Ratu Janaputra menyerahkan diri dan ikut serta dalam pengembaraan Candra Kirana. Kini Candra Kirana bertukar nama menjadi Pangeran Kesuma Agung dan mengabdikan diri pada Ratu Gagelang. Putra Raja Gagelang Raden Sarikin, menjadi sahabatnya yang karib. 

Sesudah mengalahkan Ratu Pamotan dan saudara-saudaranya, Inu pun sampai di Gagelang sebagai Kelana Edan Asmara Sira Panji Lara Branti. Inu lalu menjalin persahabatan yang erat dengan Candra Kirana. Biar pun begitu, Candra Kirana tidak membuka rahasia dirinya. Selang beberapa lama, Ratu Mentaun datang meminang Putri Gagelang yang bernama Putri Raden Kemuda Agung. Ratu Mentaun mengancam, jika lamarannya ditolak, ia akan menyerbu Gagelang bersama-sama dengan saudaranya. Pinangan itu tidak dapat diterima, maka terjadilah pertempuran yang sengit. Inu dan Candra Kirana membantu Ratu Gagelang. Secara kebetulan, Raden Gunung Sari   sedang mencari Candra Kirana dan Carang Tiningal yang sedang mencari Inu juga tiba di Gagelang. Mereka ikut membantu Gagelang. Ratu Mentaun dan saudara-saudaranya, semua terbunuh dalam peperangan. Ratu Gagelang sangat gembira. Inu, Candra Kirana, Carang Tinggal, dan Gunung Sari, semuanya diberi gelar baru. Jamuan besar-besaran diadakan. Candra Kirana juga bertindak sebagai dalang untuk bermain wayang kulit.

Jenggala / Kuripan sedang diancam oleh binatang-binatang yang dapat bercakap-cakap (satu sembawa), dikepalai oleh seorang raksasa yang bernama Sang Sukma Indra dan seorang buta, Sang Sukma Ledera namanya. Sang Sukma Indra dan Sang Sukma Ledera sebenarnya adalah dewa yang tinggal di kayangan, tetapi karena bermain cinta dengan bidadari, mereka disumpah menjadi raksasa dan buta. Satu suara gaib menyuruh Ratu Kuripan meminta bantuan kepada Ratu Gagelang. Maka Inu pun datang ke Kuripan bersama-sama dengan saudara-saudaranya. Pertemuan yang mengharukan lalu terjadi. Kemudian Candra Kirana juga diminta datang. Maka terjadilah pertempuran. Raksasa dan buta itu terbunuh dan kembali ke kahyangan. Batara Kala yang menyaksikan pertempuran itu, menimbulkan angin taufan dan dalam keadaan demikian, menerbangkan Candra Kirana dan kedua dayangnya ke tempat lain. Candra Kirana dan dayangnya diubah menjadi perempuan kembali. Sebuah kota diciptakan untuk diperintah oleh Candra Kirana yang kini diberi nama Ratu Emas. Kota itu ialah Perjuwita Indra. Tatkala taufan mereda, Inu mendapati bahwa Candra Kirana telah hilang entah ke mana.

Inu dan adiknya Gunung Sari pergi bertapa ke Gunung Mercu Sakti. Selepas dua puluh satu hari, Batara Kala memberitahu Inu bahwa Candra Kirana kini berada di negeri Perjuwita Indra. Dengan petunjuk Sang Sukma Ledera, sampailah Inu dan Gunung Sari di negeri Perjuwita Indra. Candra Kirana menolak berjumpa Inu dan tidak mau memaafkan kesalahan Inu. Ratu Kuripan dan Ratu Daha lalu diberitahu hal ini. Berkat bujuk rayu dari segala pihak, akhirnya maulah Candra Kirana berdamai dengan Inu.

Ratu Kuripan, Daha, Singasari, dan Gagelang mengundurkan diri dan putra-putra mereka menjadi prabu atau ratu anom di negeri masing-masing. Pesta perkawinan besar-besaran diadakan. Kecuali Candra Kirana yang diangkatnya menjadi permaisuri, Inu masih mengawini enam orang putri lain, putri dari negeri yang ditaklukkannya. Raden Gunung Sari, Raden Carang Tiningal, Raden Kerta Buwana, dan Raden Sarikin juga kawin dengan putri kesayangan masing-masing.

Ratu Blambangan mendengar perkawinan Inu dengan Candra Kirana, datang dengan bala tentaranya. Ia menuntut supaya Candra Kirana diserahkan kepadanya. Maka terjadilah peperangan lagi. Dalam peperangan ini Ratu Blambangan dan sekutu-sekutunya, semuanya ditewaskan oleh Inu dan keluarganya. Semua anak istri dan harta benda mereka dirampas. Hatta dunia pun aman sentosalah. Ratu tua pergi bertapa gunung dan Inu memerintah Kuripan dengan adil seksamanya dan sangat dihormati rakyat jelata.


No
Jenis Nilai-Nilai
Konsep Nilai
Kutipan Teks
Kesesuaian dengan Kehidupan Saat Ini
1
Religiusitas
Memohon kepada Tuhan / Dewa dengan cara berdoa
·      Ratu Kahuripan pergi ke Pulau Nusa Sari berkaul memohon anak.
·      Dalam pada itu, Inu sudah mencapai tujuan pertapaannya.
·       Nilai religiusitas masih sesuai dengan kehidupan saat ini. Pada saat mengharapkan sesuatu, manusia berdoa pada Tuhan Y.M.E
2
Sosial
Mambantu saudara yang mengalami musibah
·         Inu dan Candra Kirana membantu Ratu Gagelang. Secara kebetulan, Raden Gunung Sari   sedang mencari Candra Kirana dan Carang Tiningal yang sedang mencari Inu juga tiba di Gagelang. Mereka ikut membantu Gagelang.
·         Satu suara gaib menyuruh Ratu Kuripan meminta bantuan kepada Ratu Gagelang. Maka Inu pun datang ke Kuripan bersama-sama dengan saudara-saudaranya. Pertemuan yang mengharukan lalu terjadi. Kemudian Candra Kirana juga diminta datang. Maka terjadilah pertempuran. Raksasa dan buta itu terbunuh dan kembali ke kahyangan.
·       Nilai sosia masih sesuai dengan kehidupan saat ini.
3
Moral
Setia pada pasangan nya
·         Batara Guru mengirim bidadari Segerba dan adik perempuannya yang cantik-cantik menggoda Inu. Inu tidak tergoda sama sekali.
·         Sementara itu, Inu yang sudah mengalahkan tentara Ratu Mengawan-awan yang datang melanggar Daha. Segala rampasan yang diperoleh dikirim ke Daha, tetapi tetap tinggal di hutan sebagai seorang kelana
·      Nilai moral masih sesuai dengan kehidupan saat ini. Pada saat
4
Budaya
Pekerja keras untuk mewujudkan keinginan
·         Sesudah bersama-sama dengan Putri Nantaloka, anak perempuan Batara Guru, selama 14 hari, akhirnya Inu berhasil mendapatkan daun itu. Dengan daun itu, Putri Candra Kirana pun sembuh lah, dan Inu juga dinamai Adipati Tambak Baya. Tatkala Candra Kirana ingin memilik seekor burung ketitiran yang bertengger di balai pandapa, Inu jugalah yang menangkapnya.
·          
5

·          
·          
·          


Jumat, 31 Maret 2017

SANG GURU (Belajar Kalimat dari Pengalaman Langsung)

                                                 SANG GURU
(Belajar Kalimat dari Pengalaman Langsung)

                                                  

Oleh
Dra. I. Mufidah, M.Pd

Hemmmmm.... harum..... teriak satu di antara temanku. Dapat dipastikan siapa yang berada di balik pintu kelas ku. Tak lama kemudian, pintu ruang kelas kimia 1 pun terbuka, masuklah seseorang yang kami tunggu-tunggu. Senyum ramah yang senantiasa menghiasi bibirnya, tatapan mata bersahabat, dan penampilan yang enak dipandang mata membuat kami nyaman belajar bersama beliau.
“Assalam mualaikum, apa kabar dunia”? sapanya dengan ramah, sambil melangkahkan kakinya ke dalam ruang kelas.  Serentak kami pun menjawab “Wailukum salam, Alhamdulillah, luar biasa... “. Itulah ciri khas Bu Diana, guru bahasa Indonesia kami yang selalu tampil dengan gayanya yang modis, ceria, bersahabat dan selalu ramah pada siapa pun.
Usai meletakkan buku-bunya di meja guru, beliau berdiri di tengah kelas. Matanya melihat sekeliling kelas, seakan menghitung jumlah siswa yang hadir. Kemudian beliau berkata, “Masuk semua ya Nak”? serempak kami pun menjawab, Ya Bu, nihil”. “Hebat kelas XII Mia 1 memang keren...,” lanjutnya tersenyum bangga dan sambil mengacungkan ibu jarinya pada kami. Wajah seisi ruang kelas berseri, menerima pujian Ibu Diana.
“Nak tahukah kalian, apa yang dimaksud dengan kalimat?” tanya ibu Diana kepada kami, tetap dengan nada suara yang ramah. “Gabungan beberapa kata,”  Ujar Ulum dengan percaya diri. Sejenak tatap mata Bu Diana mengarah pada Ulum yang duduk di bangku ke 4 deret 3. Pandang mata kami terarah pada Bu Diana. Wajah Bu Diana sangat berubah, ekspresi wajahnya tidak lagi ramah, senyumnya tidak lagi menghiasi bibirnya, bahkan ada gurutan ketegangan di wajahnya. Kami terdiam, tidak dapat menduga apa yang terjadi.
Dengan mimik yang serius dan suara tegas, Bu Diana berkata “Keluar”! Serentak seluruh siswa di dalam kelas terdiam, sepi, tidak satu pun siswa yang berani bersuara. Ulum berdiri ragu-ragu, terlihat kebingungan di wajahnya. Tatap mata Bu Diana tajam, tangannya menunjuk ke arah pintu. Dengan perasaan yang bercampur aduk, Ulum berjalan menuju pintu, tangannya memegang hendle pintu, akan tetapi tiba-tiba terdengar suara Bu Diana “Stop!” Tangan Ulum melepas handle pintu, tubuhnya berbalik ke arah kelas. Ulum berdiri di depan pintu.
Bu Diana berjalan mendekati meja Ana yang duduk di bangku pertama deret kedua. “Ana, nurut kamu apa yang dimaksud dengan kalimat”? tanya Bu Diana dengan suaranya yang kali ini terdengar sangat datar. “Kalimat adalah kelompok kata yang terdiri dari subjek, predikat, ojek, dan lain-lain,” jawab Ana dengan suara ragu-ragu. “Keluar”! seru Bu Diana sambil tangannya menunjuk ke arah pintu. Serentak wajah Ana terlihat merah, matanya pun memerah. Ana berdiri lemas, kakinya enggan melangkah. Ana berdiri di sebelah Ulum, wajahnya tertunduk sedih.
Wajah seluruh siswa menegang. Suasana kelas semakin sunyi. “Iwan tolong tuliskan di papan tulis, hal yang ibu katakan sehingga kedua temanmu berdiri di depan pintu,” perintah Bu Diana pada Iwan yang duduk di bangku paling belakang deret keempat. Iwan berdiri agak ragu, kakinya melangkah ke arah papan tulis. Tangannya mulai menulis.
“Keluar”!
“Stop”!
Iwan terdiam menunggu respon Bu Diana. Wajahnya tertunduk lesu. Jantungnya berdetak lebih kencang. Dalam hati, Iwan bersiap mendapat hukuman seperti yang dialami Ulum dan Ana.
“Bagus”!
“Bagus Iwan”, ujar Bu Diana dengan suara khasnya yang ramah, dan bibirnya tersenyum kembali. Iwan yang sedari tadi terlihat pasrah, wajahnya berubah ceriah. “Alhamdulillah ... seru Iwan ditengah kebahagiaannya. Tanpa dikomando lagi, suasana kelas mulai mencair. Wajah-wajah siswa tak lagi setegang tadi.
Bu Diana menengok ke arah Ulum dan Ana, dengan kalimatnya yang ramah, beliau berkata “Ulum, Ana, mengapa kamu tadi berdiri dari bangkumu kemudian berjalan ke arah pintu dan berhenti di depan pintu itu”? tanya Bu Diana dengan senyumnya yang menawan.
“Tadikan ibu menyuruh saya keluar,” kata Ulum masih sedikit tegang. “Tadi Ibu menyuruh Ulum Kaluar, begitu ya? Bagus... bagus Ulum”. Kata Bu Diana mengaskan kalimat Ulum. “Kalau kamu Ana, bagaimana?  Mengapa Ana tadi berdiri dari bangku kemudian berjalan ke arah pintu dan berhenti di depan pintu itu”? tanya Bu Diana dengan ramah. Wajah Ana yang sedari tadi tegang, semakin menegang. Ana tidak dapat menjawab pertanyaan Bu Diana, bibir bawahnya digigitnya seakan ia sedang mencari kekuatan diri agar tidak menangis. Semua mata siswa menatap ke arah Ana, seakan ingin memberikan dukungan pada Ana.
“Ana... , Ibu menunggu jawaban Ana,” ujar Bu Diana penuh kasih. “Tadi kan ibu menyuruh saya keluar, jadi ya saya berdiri dan berjalan ke luar,” jawab Ana terbata-bata. “Bagus Ana, bagus sekali,” ujar Bu Diana membenarkan jawaban Ana.
“Bagaimana pendapat kalian tentang jawaban Ulum dan Ana?“ tanya Bu Diana pada seluruh siswa. “Ya Bu, ketika Ulum dan Ana menjawab pertanyaan Ibu, Ibu menyuh Ulum dan Ana keluar,” Ujar Dedy dengan tegas yang dibenarkan oleh suara-suara teman sekelasnya.
“Baik, baik...,” ujar Bu Diana tetap dengan senyum khas nya. “Nak, menurut kalian Apa yang mengidentifikasi ibu menyuruh Ulum dan Ana keluar”? tanya Bu Diana kembali pada siswa seluruh kelas.
“Kalimat ibu yang mengatakan “keluar” pada Ulum dan Diana, itu kan berarti kalimat perintah yang menyuruh Ulum dan Diana untuk keluar,” Ujar Devinta menegaskan yang disambut dengan acungan kedua ibu jari Bu Diana. Terlihat wajah-wajah ceriah di kelas XII Kimia 1 mulai bermunculan.
“Kalimat ibu yang mengatakan “keluar”, benar begitu Devinta?” tanya Bu Diana pada Devinta yang dijawab dengan anggukan kepala yang penuh keyakinan. “Berarti menurut kalian “Keluar!” itu adalah kalimat?” benar gak ya?
Terlihat para siswa mulai kasak kusuk berdiskusi dengan teman sebangkunya. Suara kelas mulai hidup, agak bising dengan suara-suara siswa yang mempertahankan pendapatnya. Bu Diana tersenyum melihat keaktivan kelas. Bu Diana sengaja memberikan kesempatan pada siswa untuk berdiskusi.
Selang lima menit berlalu, Bu Diana bertanya kembali pada siswa-siswa, “Bagaimana Nak, menurut kalian “Keluar”! yang tadi ibu ucapkan apakah benar, itu sudah termasuk kalimat”?
“Ya Bu, itu sudah termasuk kalimat, kalimat perintah”. Jawab Nurdin yang dari tadi terlihat sangat aktif berdiskusi. 
“Benar juga sih Bu, itu adalah kalimat, tapi kok hanya satu kata ya Bu? Biasanya kalimat kan terdiri atas beberapa kata”? Ujar Delia, yang sedari tadi terlihat sangat serius.
“Menurut saya, “Keluar!” yang diucapkan Bu Diana tadi adalah kalimat, karena meski pun hanya terdiri atas satu kata, tetapi mampu membuat orang yang diperintah “Ulum dan Ana” berdiri dan mengikuti perintah itu”, ujar Maria berargumen.
“Baiklah anak-anak, untuk menjawab rasa ingin tahu kalian, mari permasalahan “Keluar”! kita jadikan sebagai bahan diskusi materi pelajaran kita hari ini. Hari ini kita akan membahas tentang kalimat. Setelah mempelajari materi kalimat diharapkan Anda dapat menambah pengetahuan Anda  tentang jenis-jenis kalimat dan unsur pembangun kalimat”, Ujar Bu Diana. “Namun sebelumnya, silahkan Ulum dan Ana kembali duduk dibangku kalian. Tugas kalian telah selesai”, lanjut Bu Diana diiringi dengan senyum ramah nya.
“Lho kok tugas Bu”, sela Ulum penuh kebingan. “Bukannya saya dan Ana dihukum karena salah menjawab’? protes Ulum dengan rasa ingin tahu.
“Ulum, Diana, benarkah hanya karena kalian menjawab dengan jawaban yang kurang tepat, ibu tega menghukum kalian”? tanya Bu Diana ramah, sambil menatap Ulum dan Ana. Di bibirnya tersungging senyum ramah khas Bu Diana. “Jika ibu menghukum siswa hanya karena siswa itu salah menjawab pertanyaan ibu, ibu yakin di setiap pembelajaran Bahasa Indonesia kelas ini akan sepi, seperti kuburan, karena kalian takut berpendapat. Benar tidak, Nak?”, kata Bu Diana ramah, memberi penjelasan pada kami.   
“Oooo... berarti tadi itu drama ya Bu?” celetuk Tigor dari belakang yang diikuti suara tawa seisi kelas. Terpancar wajah-wajah bahagia dari penjuru kelas.
“Ayo artis kita pagi ini, Ulum dan Ana silahkan kembali ke tempat duduk”! perintah Bu Diana ramah pada Ulum dan Ana, yang diikuti tepuk tangan gembira seluruh kelas. Wajah Ulum ceria, bibirnya tersenyum lega. Sebaliknya Ana, langsung berlari menubruk Bu Diana, tangannya erat memeluk Bu Diana. Dari matanya keluar air bening yang menetes di pipinya.
“Ana... tadi kan bercanda? Kenapa pakai menangis?  Ujar Bu Diana sambil memeluk Ana dan menenangkannya. Tangan kanannya membelai rambut Ana. Ana tersenyum, menganggukkan kepala. “Terima kasih ya Bu Diana, tetapi besok saya gak mau lagi jadi artis seperti ini”, ujar Ana sambil tersenyum yang disambut tawa teman-teman sekelas.
“Ok, Ana silahkan duduk, Anak-anak mari kita mulai mendiskusikan pembelajaran hari ini”, kata Bu Diana bernada serius. “Silahkan, barangkali ada pertanyaan atau pendapat kalian tentang pengalaman yang baru Anda dapatkan tadi”, kata Bu Diana membuka pelajaran. Terlihat beberapa siswa langsung mengacungkan tangannya. Wajah Bu Diana berseri, senang, karena terlihat siswa-siswanya sangat antusias dalam pembelajaran kali ini.
“Silahkan Pandu, ungkapkan pendapat Anda”! kata Bu Diana mempersilahkan Pandu yang terlihat sangat berantusias.
“Terima kasih Bu Diana”, ujar Pandu dengan tegas memulai kalimatnya. “Saya sangat setuju jika “Keluar!” yang tadi Ibu ucapkan kepada Ana dan Ulum, dikatagorikan sebagai kalimat. Buktinya meski pun hanya berasal dari satu kata “Keluar!” tetapi sudah memiliki makna menyuruh Ana dan Ulum keluar. “Jadi menurut saya, yang disebut kalimat itu adalah kata atau kumpulan kata yang memiliki makna”, tegas Pandu.
“Terima kasih Pandu, jawabanmu bagus sekali,” ujar Bu Diana memuji Pandu. “Bagaimana yang lainnya, setujukah kalian dengan jawaban Pandu? Atau ada yang ingin mengritik jawaban Pandu”, tanya Bu Diana.
Saya Bu, ujar Ditya sambil mengacunkan tangannya, “Menurut saya, selain memiliki makna, kalimat selalu diawali dengan penggunaan huruf kapital dan diakhiri intonasi final”. Beberapa siswa membenarkan jawaban Ditya.
“Nah kalau begitu apa yang dimaksud dengan kalimat”? ulang Bu Diana seakan menggiring siswa untuk menyimpulkan pendapatnya tentang kalimat. “Kalimat adalah   kesatuan ujaran yang mengungkapkan suatu konsep pikiran dan perasaan serta berintonasi final”. Sehingga ketika ibu mengatakan “Keluar”! disertai dengan intonasi yang bermakna memerintah maka Ulum dan Ana berdiri untuk keluar dari ruang kelas. Begitu juga ketika ibu mengatakan “Stop!” maka kedua teman kalian tadi tidak meneruskan perjalanannya. Itu artinya bahwa yang ibu ucapkan tadi, meskipun hanya terdiri atas satu kata namun sudah mampu mengungkapkan gagasan yang ada di pikiran ibu dan gagasan itu dapat dimengerti oleh teman kalian”, jelas Bu Diana yang disambut dengan senyum kebahagiaan seluruh kelas karena hari ini dapat belajar kalimat secara langsung.
“Keluar”!, “Stop!” yang ibu ucapkan tadi dikatagorikan sebagai kalimat elips. Kalimat elips adalah kalimat yang menghilangkan sebagian kata-kata dari suatu kalimat dengan tujuan agar kalimat tersebut lebih pendek dan susunannya lebih baik. Meskipun beberapa bagian kata dalam kalimat dihilangkan, akan tetapi tidak merubah makna kalimat tersebut. Sebagai contoh jika kalian ingin memanggil penjual bakso keliling, maka kalian tidak akan menggunakan kalimat lengkap seperti “Wahai Bapak penjual bakso, tolong datang kemari, saya akan membeli ... ,“ jelas Bu Diana memberi contoh yang disambut dengan tawa para siswa. “Pada saat kalian memanggil penjual bakso, pasti kalian hanya meneriakkan “Bakso”!, Ujar Bu Diana kembali. “Benar Bu, Benar”, sahut beberapa siswa masih dengan tertawa. “Nah kalimat itulah yang disebut dengan kalimat elips.
“Berdasarkan uraian ibu tadi, menurut kalian ciri-ciri kalimat itu apa”? tanya Bu Diana lebih lanjut. Serentak siswa menjawab ; berintonasi akhir, mengandung satu kesatuan makna, urutannya logis, jika kalimat itu dalam bentuk tulis, selalu diawali dengan huruf kapital”.
“Bagus benar sekali jawaban kalian”, ujar Bu Diana sambil mengacungkan kedua ibu jarinya pada seluruh siswa. “Alhamdulillah...”, teriak beberapa siawa lega. “Hari ini kami mendapat sesuatu yang baru ya Bu, belajar dari pengalaman”,  lanjutnya bersemangat.

Agar kalian lebih mendapatkan tambahan ilmu, maka perhatikan hal berikut:

1.             Pola Dasar Kalimat:
TIPE
SUBJEK
PREDIKAT
OBJEK
PELENGKAP
KETERANGAN
S-P
Ayahnya
guru



Gadis
cantik



S-P-O
Adik
sedang membaca
buku


Ibu
mengupas
mangga


S-P-Pel
Ibu
menjadi

ketua PKK

Pancasila
merupakan

dasar negara kita

S-P-K
Saya
tinggal


di surabaya
Peristiwa itu
terjadi


minggu lalu
S-P-O-Pel
Pria tampan itu
mengirimi
kekasihnya
bunga mawar

Devi
mengambilkan
adiknya
air minum

S-P-O-K
Ibu
menabungkan
uangnya

di bank
Beliau
memperlakukan
kami

dengan baik
S-P-O-Pel-K
Devi
mengambilkan
adiknya
air minum
dari  almari es

2.             Unsur-unsur Kalimat
  Subjek
   Subjek adalah unsur pokok yang terdapat pada sebuah kalimat di samping unsur predikat.
Fungsi subjek:
v  Membentuk kalimat dasar, kalimat luas, kalimat tunggal, kalimat majemuk
v  Memperjelas makna
v  Menjadi pokok pikiran
·                Ciri Subjek:
v   Jawaban atas pertanyaan apa dan siapa
v   Dapat diikuti kata "ini, itu".
v   Tidak di dahului preposisi
v   Berupa nomina atau frasa nomina
v   Dapat dingkari dengan kata bukan
·                Predikat adalah bagian kalimat yang menandai apa yang dikatakan oleh pembicara tentang subjek atau hal yang menjelaskan tentang subjek.
·                Ciri Predikat
v   Merupakan jawaban atas pertanyaan bagaimana, mengapa, atau berapa
v   Dapat diinginkarkan dengan tidak atau bukan
v   Dapat Disertai Kata-kata Aspek atau Modalitas
v   Tidak didahului kata yang
v   Didahului kata adalah, ialah, yaitu, yakni
·                Objek adalah unsur kalimat yang dikenai perbuatan atau menderita akibat perbuatan subjek
·                Ciri Objek
v   Langsung mengikuti predikat
v   Dapat menjadi subjek kalimat pasif
v   Tidak didahului kata depan atau preposisi
v   Dapat didahului kata bahwa
·                Pelengkap adalah unsur kalimat yang melengkapi predikat dan tidak dikenai perbuatan subjek.
·                Ciri Pelengkap
v   Terletak di belakang predikat yang bukan verba transitif
v   Tidak dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif
v   Tidak didahului preposisi
·         Keterangan merupakan unsur kalimat yang memberikan informasi lebih lanjut tentang suatu yang dinyatakan dalam kalimat; misalnya, memberi informasi tentang tempat, waktu, cara, sebab, dan tujuan. 
·         Ciri-ciri
v   Memberikan informasi tentang waktu, tempat, tujuan, cara, alat, kemiripan, sebab, atau kesalingan
v   Memiliki keleluasaan letak atau posisi (dapat di awal, akhir, atau menyisip antara subjek dan predikat)
v   Didahului kata depan seperti di, ke, dari, pada, dalam, dengan, atau kata penghubung/konjungsi jika berupa anak kalimat.